BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal
hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi
muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran
tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini. Oleh
karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik,
pengaruh sampai saat ini dan dua tonggak penting dalam kehidupan.
1.2 Tujuan
o Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar
pendidikan
o Memahami tentang aliran-aliran pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aliran-Aliran Pendidikan
Pelaksanaan pendidikan dan gagasan selalu dinamis
sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat sejak dulu hingga sekarang
pendidikan selalu mengalami perkembangan iptek yang berkembang di negara kita
saat ini. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tantang aliran-aliran, telah dimulai dari zaman Yunani kuno
sampai kini. Untuk itu kita sebagai generasi penerus harus mengembangkan
kebudayaan belajar mengajar dalam pendidikan agar lebih baik dari sebelumnya
agar negara lebih maju dan berkembang.
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah
dimulai pada zaman Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia
lainnya akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Oleh
karena itu aliran-aliran klasik atau gerakan-gerakan baru berasal dari kedua kawasan
itu. Pemikiran-pemikiran itu berkembang diseluruh dunia termasuk indonesia
dibawa oleh orang-orang yang beajar di Eropa atau Amerika Serikat sehingga
mudah berkembang di Indonesia. Penyebaran itu mengakibatkan pemikiran-pemikiran
dari kedua kawasan itu umumnya menjadi acuan dalam penetapan kebijakan di
bidang kebijakan diberbagai negara.
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran Empirisme,
Nativisme, Naturalisme dan Konvergensi merupakan benang-benang merah yang
menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang
akan datang. Aliran-aliran tersebut mewakili berbagai variasi pendapat tentang
pendidikan mulai dari yang terendah sampai tingkat yang tinggi, seperti SD, SMP
sedangkan yang tertinggi SMA dan sekolah perguruan tinggi. Aliran-aliran
bervariasi tentang pendapat mengenai pendidikan, mulai dari yang pesimis
memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan merusak masa depan anak
untuk mengembangkan bakatnya, sedangkan aliran optimisme memandang anak
seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati. Selanjutnya terdapat
gagasan juga yang bersifat satu gerakan dalam pendidikan yang pengaruhnya masih
berpengaruh pada saat ini, yakni pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat
perhatian, sekolah, kerja dan pengajaran proyek.
Gerakan-gerakan tersebut sangat berpengaruh pada cara
guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di sekolah seperti telah
dikemukakan bahwa pengajar merupakan pilar terpenting dan pembelajaran di
sekolah, utamanya kalau dilakukan pembelajaran sekaligus mendidik siswa didik
agar lebih baik.
- Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap
Pemikiran Pendidikan di Indonesia.
Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat ditebak
dalam pemikirannya, sehingga mampu menjelajah angkasa luar tetapi angkasa
dalamnya masih belum cukup diketahui. Sehubungan dengan kajian tentang
aliran-aliran pendidikan, perbedaan pandangan itu berawal dari perbedaan
pandangan tentang perkembangan manusia itu sendiri. Terdapat perbedaan
penekanan didalam suatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang
paling berpengaruh dalam perkembangan kepribadian. Perkembangan kepribadian itu
bisa dipengaruhi oleh lingkungan karena dalam lingkungan sehari-hari dapat
mempengaruhikepribadian seseorang, bila dalam lingkungan memberi contoh tidak
baik maka kepribadian seorang tersebut juga tidak akan baik, seperti keluarga
yang harus memberikan contoh kepada keturunannya agar mereka lebih baik dan
dapat menjadi contoh di lingkungan dimana mereka tinggal.
Teori-teori dari strategi behavioral dan strategi
phenologis menekankan faktor belajar. Kedua strategi ini menekankan
faktorbelajar. Tetapi mengemukakan pandangan yang berbeda tentang bagaimana
proses belajar itu terjadi, akibat perbedaan pandangan tentang hakikat manusia.
Strategis behavioral tergantung pada lingkungannya sedang strategi
fenomenalogis memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan
melakukan pilihan-pilihan sendiri.
Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam
perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran
pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai
aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja,
dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan
untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.
1. Aliran Empirisme
Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih
seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan
selanjutnya tergantung pada pendidikan dan lingkungan. Pendidik memegang
peranan penting dengan menyediakan lingkungan pendidikan yang akan diterima
oleh anak sebagai pengalaman guru dan orang tua paling menentukan hasil
pendidikan. Pendidikan dibentuk oleh pengalaman, bukan tergantung dari dasar
diri anak. Locke menyarankan bahwa guru dan orang tua berperan sebagai model,
menunjukkan kualitas tingakh laku yang baik. Anak-anak harus ditunjukkan
tentang dunia sebagaimana adanya, termasuk kejelekan dan bahaya sehingga akan
menyadari apa yang harus dihindari dan apa yang harus dicapai. Menurut
pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab
pendidikan kepada anak menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dna akan
diterima oelh anak sebagai pengalaman. Pengalaman itu tentunya yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya
mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena
mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung
keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri
yang berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan
yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya.
Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang
memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat diubah, umpamanya
melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific
psycology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan
prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan
bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Meskipun
demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih bervariasi dalam
menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu sebagai
berikut:
a. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan
dan imitasi.
b. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak
ataupun balikan dari sesuatu perilaku.
c. Pandangan yang menekankan peranan stimulus
atau rangsangan terhadap perilaku.
Seperti yang akan dikemukakan pada butir atau aliran
konvergensi pada bagian ini, beberapa pendapat dalam pandangan behavioral
tersebut tidak lagi sepenuhnya ala ”Tabula Rasa” dari J. Locke, karena telah
mulai diperhatikan pula faktor-faktor internal dari manusia.
2. Aliran Natifisme
Aliran ini ditokohi Schopen Hauwer (Jerman :
1788-1860) berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang
sudah jadi, sehingga faktor pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya
terhadap perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi
jelek. Aliran ini berpendapat sekalipun diperlukan pendidikan, pendidikan
tersebut hanya bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa
sejak lahir. Hasil perkembangan anak tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap
pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu hasih akhir pendidikan
ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan
ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan perkembangan anak sendiri.
Istilah nativisme dari asal kata Native yang berarti terlahir. Bagi nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau
anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat. Sebaliknya kalau
anak mempunyai pembawaan baik maka ia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk
dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar.
Meskipun dalam sehari-hari, sering ditemukan anak
mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat dan sifat dari
orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Pandangan konvergensi akan
memberikan penjelasan tentang pentingnya kedua faktor yaitu pembawaan atau
hereditas dan lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat
aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat
suatu ’inti’ pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong
manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia
sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.
Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar,
namun pengalaman dalam belajar. Itu ataupun penerimaan dan persepsi seorang
banyak ditentukan oleh kemampuan memberi makna kepada apa yang dialaminya itu.
Pendekatan ini sangat mementingkan pandangan holistik (menyeluruh, gestait)
serta pemahaman perilaku orang dari sudut pandang si empunya perilaku itu.
Terdapat variasi pendapat dari pendekatan phenomenologi/humanistik tersebut
sebagai berikut :
1. Pendekatan aktualisasi diri atau non direktif.
2. Betapa pentingnya memahami hubungan
”transaksi” antara manusia dan lingkungannya sebagai bekal awal memahami
perilakunya.
3. Pendekatan ”gestait” baik yang klasik maupun
pengembangan selanjutnya.
4. Pendekatan ”search for meaning” dengan
aplikasinya sebagai logotherapy dari viktor franki yang mengungkapkan betapa
pentingnya semangat (human spirit) untuk mengatasi berbagai tantangan masala
yang dihadapi.
3. Aliran Naturalisme
tokoh aliran ini adalah JJ. Rousseau (Perancis :
1712-1778). Menurut aliran ini manusia itu pada waktu lahir mempunyai pembawaan
baik karena pada dasarnya manusia baik karena pada dasarnya biarkan berkembang baik di alamnya. Hukum yang
mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tindakan belajar mengajak.
Tokoh aliran ini William Sterm (Jerman 1871-1939) yang
berpendapat bahwa anak sejak lahir membawa potensi-potensi namun dalam
perkembangan selanjutnya tergantung pendidikan dan lingkunganya. Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala
tidak ada dukungan pendidikan dan aturan lingkungan. Sebaliknya pendidikan atau
lingkungan tidak akan berhasil dengan baik manakala pada diri anak tidak ada
pembawaan yang mendukungnya. Seorang anak memang mempunyai potensi-potensi yang
berbeda-beda pada dirinya, jika potensi tersebut tidak dikembangkan tidak akan
dapat ditunjukkan oleh seseorang tersebut. Lingkungan juga dapat mempengaruhi
perkembangan dalam potensi-potensi anak. J.J Rousseau ingin menjauhkan anak
dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificia) sehingga
kebaikan anak-anak yang memperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu
dapat tampak secara spontan dan bebas.
4. Aliran Konvergensi
perintis aliran ini adalah William Sterm (1871-1938)
seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dunia ini sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk.
Itu semua tergantung pada lingkungan dan perkembangan potensi anak dalam
belajar menyikapi perilakunya agar dapat menjadi lebih baik. Tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam diri anak tidak
dapat menghasilkan perkembangan anakyang optimal kalau memang diri anak tidak
terdapat bakat yang mengembangkan itu. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal
dalam satu lingkungna yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama.
Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi
lingkungan, biarpun lingkungnan kedua anak tersebut menggunakan bahasa sama.
5. Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan
praktek pendidikan di Indonesia.
Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di
indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa
penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar
di negeri Belanda pada masa penjajahan seperti diketahui, sistem persekolahan
diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, sebelum masa itu
pendidikan di seluruh masyarakat, keluarga belum dikenal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari aliran-aliran tersebut maka dapat kita simpulkan
beberapa perbedaan pandangan dalam pendidikan. Namun juga ada penggabungan dari
beberapa aliran konvergensi, mempertemukan pandangan nativisme dan empirisme.
Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala
tidak ada dukungan pendidikan dan atau lingkungan. Sebaliknya pendidikan dan
atau lingkungan tidak akan berlangsung dengan baik manakala pada diri anak
tidak ada pembawaan yang mendukungnya.
A






0 comments:
Post a Comment