Sunday, 17 November 2013

Using Reasoning and Decision Making, Matlin Cognitive Psychology


PENALARAN DEDUKTIF DAN MEMBUAT KEPUTUSAN
 MATLIN BAB 12
A.    Penalaran Deduktif
Salah satu jenis penalaran deduktif adalah penalaran kondisional. Masalah penalaran kondisional (penalaran proposisional) menginformasikan kepada kita mengenai keterkaitan antara dua kondisi. Berikut adalah contoh tugas penalaran kondisional.
Jika bulan bersinar, saya dapat melihat tanpa lampu senter
Saya tidak dapat melihat tanpa lampu senter
Jadi, bulan tidak bersinar
Perhatikan bahwa masalah ini menginformasikan kepada kita mengenai hubungan antara dua kondisi, yaitu bersinarnya bulan dan kebutuhan akan lampu senter. Penalaran kondisional tekait dengan kondisi atau hubungan "jika ... maka ....".  Kita diminta untuk menilai apakah simpulan yang diambil valid atau tidak. Pada contoh di atas, simpulan "bulan tidak bersinar" adalah valid. Jenis penalaran deduktif lainnya adalah silogisme. Penalaran silogisme memuat atau menyediakan dua premis.
Silogisme melibatkan kuantitas, sehingga digunakan kata-kata semua, tidak ada, beberapa, dan istilah-istilah lain yang serupa. Berikut adalah contoh penalaran silogisme.
Beberapa pegawai bank adalah lulusan perguruan tinggi
Beberapa lulusan perguruan tinggi bersikap ramah
Jadi, beberapa pegawai bank bersikap ramah
Kita diminta untuk menentukan apakah simpulan yang diambil valid, tidak valid, atau tidak dapat ditentukan. Dalam contoh di atas, jawabannya tidak dapat ditentukan. Kenyataannya, pekerja bank yang lulusan perguruan tinggi dan para lulusan perguruan tiggi yang bersikap ramah merupakan dua populasi yang terpisah, tanpa ada irisan atau keterkaitan. Perhatikan bahwa pengalaman kita sehari-hari mendorong kita untuk mengatakan "ya, simpulan itu valid", karena kita tahu bahwa dunia harus berisi paling sedikit beberapa pegawai bank yang bersikap ramah. Dalam penalaran deduktif yang bersifat abstrak, bagaimana pun, kita harus menyimpulkan bahwa, "simpulan itu tidak dapat ditentukan".
Kita dapat menempuh mata kuliah filsafat logika yang memerlukan waktu satu semester untuk mempelajari penalaran deduktif seperti ini. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada faktor kognitif yang mempengaruhi penalaran deduktif. Lebih jauh, kita akan membatasi diri pada penalaran kondisional, suatu jenis penalaran deduktif yang seringkali lebih mudah dipahami siswa. Penelitian menunjukkan bahwa penalaran silogisme dipengaruhi secara virtual oleh faktor-faktor kognitif (Gilhooly, 1996; Madin, 1994). Terlebih dahulu kita mengeksplorasi 4 landasan dalam tugas penalaran kondisional. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana penalaran dedukitf dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kalimat yang melibatkan pernyataan negatif dan kalimat atau masalah yang bersifat abstrak atau konkrit. Selanjutnya kita akan mendiskusikan 4 kecenderungan kognitif yang sering ditunjukkan orang ketika mereka menyelesaikan masalah penalaran.
Tinjauan Penalaran Kondisional
Situasi penalaran kondisional lebih sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah penalaran kondisional itu secara mengejutkan sangat sulit untuk diselesaikan secara tepat. Kita dapat menggunakan prinsip-prinsip formal untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Tabel 12.1. mengilustrasikan kalkulus proposional, suatu sistem yang digunakan untuk melakukan kategorisasi terhadap jenis-jenis penalaran yang digunakan dalam menganalisis proposisi atau pernyataan. Berikut diberikan penjelasan beberapa istilah dasar. Anteseden adalah pernyataan yang memuat bagian "jika....". Istilah "konsekuen" merujuk pada proposisi yang mengikuti dan merupakan konsekuensinya. Konsekuen adalah pernyataan yang memuat bagian "maka...". Dalam menyelesaikan masalah kondisional, kita dapat melakukan dua aksi atau yang mungkin, yaitu (1) menegaskan suatu bagian kalimat, yaitu menentukan bahwa kalimat tersebut benar dan {2} menolak atau menyangkal bagian kalimat, yaitu menentukan bahwa kalimat tersebut salah.

0 comments:

Post a Comment