PENALARAN DEDUKTIF DAN MEMBUAT KEPUTUSAN
A. Penalaran Deduktif
Salah satu jenis penalaran deduktif adalah
penalaran kondisional. Masalah penalaran kondisional (penalaran proposisional) menginformasikan
kepada kita mengenai keterkaitan antara dua kondisi. Berikut adalah contoh
tugas penalaran kondisional.
Jika bulan bersinar, saya dapat melihat tanpa
lampu senter
Saya tidak dapat melihat tanpa lampu
senter
Jadi, bulan tidak bersinar
Perhatikan bahwa masalah ini menginformasikan kepada kita mengenai hubungan
antara dua kondisi, yaitu bersinarnya bulan dan kebutuhan akan lampu senter.
Penalaran kondisional tekait dengan kondisi atau hubungan "jika ... maka
....". Kita diminta untuk menilai
apakah simpulan yang diambil valid atau tidak. Pada contoh di atas, simpulan
"bulan tidak bersinar" adalah valid. Jenis penalaran deduktif lainnya
adalah silogisme. Penalaran silogisme memuat atau menyediakan dua premis.
Silogisme melibatkan kuantitas, sehingga digunakan kata-kata semua, tidak
ada, beberapa, dan istilah-istilah lain yang serupa. Berikut adalah contoh
penalaran silogisme.
Beberapa pegawai bank adalah lulusan perguruan
tinggi
Beberapa lulusan perguruan tinggi bersikap
ramah
Jadi, beberapa pegawai bank bersikap ramah
Kita diminta untuk menentukan apakah simpulan
yang diambil valid, tidak valid, atau tidak dapat ditentukan. Dalam contoh di
atas, jawabannya tidak dapat ditentukan. Kenyataannya, pekerja bank yang
lulusan perguruan tinggi dan para lulusan perguruan tiggi yang bersikap ramah
merupakan dua populasi yang
terpisah, tanpa ada irisan atau keterkaitan. Perhatikan bahwa pengalaman kita
sehari-hari mendorong kita untuk mengatakan "ya, simpulan itu valid",
karena kita tahu bahwa dunia harus berisi paling sedikit beberapa pegawai bank
yang bersikap ramah. Dalam penalaran deduktif yang bersifat abstrak, bagaimana
pun, kita harus menyimpulkan bahwa, "simpulan itu tidak dapat
ditentukan".
Kita dapat menempuh mata kuliah filsafat
logika yang memerlukan waktu satu semester untuk mempelajari penalaran deduktif
seperti ini. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada faktor kognitif yang
mempengaruhi penalaran deduktif. Lebih jauh, kita akan membatasi diri pada
penalaran kondisional, suatu jenis penalaran deduktif yang seringkali lebih
mudah dipahami siswa. Penelitian menunjukkan bahwa penalaran silogisme
dipengaruhi secara virtual oleh faktor-faktor kognitif (Gilhooly, 1996; Madin,
1994). Terlebih dahulu kita mengeksplorasi 4 landasan dalam tugas penalaran
kondisional. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana penalaran dedukitf
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kalimat yang melibatkan pernyataan negatif
dan kalimat atau masalah yang bersifat abstrak atau konkrit. Selanjutnya kita
akan mendiskusikan 4 kecenderungan kognitif yang sering ditunjukkan orang
ketika mereka menyelesaikan masalah penalaran.
Tinjauan Penalaran Kondisional
Situasi penalaran kondisional lebih sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah penalaran kondisional itu secara
mengejutkan sangat sulit untuk diselesaikan secara tepat. Kita dapat
menggunakan prinsip-prinsip formal untuk menyelesaikan masalah-masalah ini.
Tabel 12.1. mengilustrasikan kalkulus proposional, suatu sistem
yang digunakan untuk melakukan kategorisasi terhadap jenis-jenis penalaran yang
digunakan dalam menganalisis proposisi atau pernyataan. Berikut diberikan
penjelasan beberapa istilah dasar. Anteseden adalah pernyataan
yang memuat bagian "jika....". Istilah "konsekuen"
merujuk pada proposisi yang mengikuti dan merupakan konsekuensinya. Konsekuen
adalah pernyataan yang memuat bagian "maka...". Dalam menyelesaikan
masalah kondisional, kita dapat melakukan dua aksi atau yang mungkin, yaitu (1)
menegaskan suatu bagian kalimat, yaitu menentukan bahwa kalimat tersebut benar
dan {2} menolak atau menyangkal bagian kalimat, yaitu menentukan bahwa kalimat
tersebut salah.






0 comments:
Post a Comment