A.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan berkaitan
hubungan dua variabel atau lebih yang dituliskan berdasarkan teori yang ada.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka hipotesis harus memiliki
karakteristik sebagai berikut
a.
Hipotesis
harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel
b.
Hipotesis
harus dapat diuji
c.
Hipotesis
hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
d.
Hipotesis
hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin
Hipotesis terdiri dari 2 bentuk yaitu hipotesis penelitian dan
hipoteisis statistik. Hipotesis
penelitian dirumuskan secara naratif berdasarkan kerangka berpikir penelitian
& landasan teori yang telah dipilih, sedangkan hipotesis statistik
dirumuskan secara matematis dalam bentuk dua kalimat matematik. Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya
atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.Hipotesis
alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh
antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD
Berikut ini
contoh dari bentuk hipotesis.
1.
Hipotesis penelitian
a.
Nondirectional hipotesis
Nol :
kemampuan membaca siswa kelas 3 belajar menggunakan metode a
sama dengan kemampuan
membaca dengan menggunakan metode b
Alternatif: kemampuan membaca siswa kelas 3 belajar
menggunakan metode a
sama dengan kemampuan
membaca dengan menggunakan metode b
b.
Directional hipotesis
Nol :
Kemampuan membaca siswa kelas 3 belajar menggunakan metode A sama dengan atau
kurang dari kemampuan membaca siswa menggunakan metode B
Alternatif : Kemampuan
membaca siswa kelas 3 belajar menggunakan metode A lebih tinggi dari kemampuan
membaca siswa menggunakan metode B
2.
Hipotesis
stastistik
a.
Nondirectional
hipotesis
Ho : Ma = Mb
Hi : Ma ≠ Mb
b.
Directional
hipotesis
Ho : Ma ≤ Mb
Hi : Ma ≥ Mb
B.
Pengujian
Hipotesis
Dalam pengujian
hipotesis ada beberapa tahapan yang di lakukan. Langkah-langkah pengujian
hipotesis sebagai berikut :
1.
Menentukan
Formulasi Hipotesis
Dalam langkah ini, formulasi hipotesisi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Hipotesis nol atau
hipotesis nihil ( nullhypotheses)
Disimbolkan H0 merupakan
hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan diuji. Disebut
hipotesis nol karena hipotesis tersebut tidak memiliki perbedaan atau
perbedaanya nol dengan hipotesis sebenarnya.
b. Hipotesis Alternatif atau
Hipotesis Tandingan
Disimbolkan H1 atau Ha,
merupakan hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan atau tandingan dari hipotesis
nol. Dalam penyusunan hipotesis ini, akan timbul tiga keadaan , yaitu :
v
Hipotesis mengandung
pengertian sama. Pengujian ini disebut pengujian dua sisi atau pengujian dua
arah, yaitu pengujian sisi atau arah kanan dan kiri.
v
Hipotesis mengandung
pengertian maksimum. Pengujian ini disebut satu sisi atau satu arah, yaitu
pengujian sisi atau arah kanan.
v
Hipotesis mengandung
pengertian minimum. Pengujian ini disebut satu sisi atau arah, yaitu pengujian
sisi atau arah kanan.
Apabila hipotesis nol tidak ditolak (benar) maka
hipotesis alternative ditolak, demikian pula sebaliknya.
Dari contoh
Penenliti obesitas pada anak-anak. Dengan hipotesisnya, rata berat badan siswa
kelas 4 adalah 75 pounds. Maka dapat buat hipotesis statistiknya
Ho : µ =75
H1 : µ ≠ 75 ( bisa kurang dari 75 atau lebih
dari 75 )
2. Menentukan Diribusi sampel Untuk hipotesis Nol
Distribusi sampling adalah penarikan
sampel dari sebuah populasi dimana sampel yang diambil menggambarkan
karakteristik populasi tersebut.Penarikan sampel yang menggambarkan seluruh
populasi adalah tidak mungkin.Ada keadaan dimana sampel diambil dari seluruh
kemungkinan pasangan sampel, tripel sampel atau quartet sampel.
Jika
simpangan baku dari contoh 12 (s=12)
Jumlah
sample ( n) = 225
Rata-rata
(µ) = 75 ( Di ambil dari
hipotesis)
Maka
persamaan standar eror dari rata-rata
Untuk penentuan daerah kritis.
1)
Jika H1 mempunyai perumusan tidak
sama, maka dalam distribusi yang digunakan, normal untuk angka z, Student
untuk t, dan seterusnya, didapat dua daerah kritis masing-masing pada
ujung-ujung distribusi. Luas daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap
ujung adalah ½a. Karena adanya dua daerah penolakan
ini, maka pengujian hipotesis dinamakan uji
dua pihak.
![]() |
Gambar di atas memperlihatkan sketsa
distribusi yang digunakan disertai daerah-daerah penerimaan dan penolakan
hipotesis. Kedua daerah ini dibatasi oleh d1 dan d2
yang harganya didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan
menggunakan peluang yang ditentukan oleh a. Kriteria yang didapat adalah: terima hipotesis Ho jika
harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian jatuh antara d1 dan d2,
dalam hal lainnya Ho ditolak.
2)
Untuk H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi yang
digunakan didapat sebuah daerah kritis yang letaknya di ujung sebelah kanan.
Luas daerah kritis atau daerah penolakan ini sama dengan a
![]() |
Harga d, didapat dari daftar distribusi
yang bersangkutan dengan peluang yang ditentukan oleh a, menjadi batas antara daerah kritis dan daerah penerimaan Ho.
Kriteria yang dipakai adalah:
tolak Ho jika statistik yang dihitung berdasarkan sampel tidak
kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima Ho. Pengujian ini dinamakan uji
satu pihak, tepatnya pihak kanan.
3)
Akhirnya,
jika tandingan H1
mengndung pernyataan lebih kecil,
maka daerah kritis ada di ujung kiri dari distribusi yang digunakan. Luas daerah ini = a yang menjadi batas daerah penerimaan Ho oleh bilangan d
yang didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan. Peluang untuk mendapatkan
d ditentukan oleh taraf nyata a.








0 comments:
Post a Comment