1. Pengantar
Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini, menunjukkan
bahwa ilmu sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia.
Berkembangnya teknologi rekayasa baik pada aspek fisik maupun aspek biologi
kehidupan, semakin mempertegas peran ilmu sains dalam meningkatkan
kesejahteraan manusia, baik dalam bidang pangan dan kesehatan maupun dalam
kebutuhan sandang. Seiring dengan tren kemajuan peradaban yang dicapai manusia
dalam generasi ini, peran pendidikan di sekolah tak dapat disangkal. Oleh
karena itu, penyelenggaran pendidikan harus dapat menjamin terjadinya
kesesuaian dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan di masa depan.
2.
Pentingnya Penilaian Keterampilan Proses Sains
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah
penilaian atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian
integral yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan. Menurut
Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan
data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan, bahkan aktivitas
penilaian dapat pula digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan
dengan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan
oleh guru untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan
untuk mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa.
Dengan demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna memastikan
terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh, dapat
dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang upaya perbaikan
pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap siswa, yang diperlukan
untuk memperbaiki hasil pembelajaran.
Sains dan mengajarkan siswa tentang sains memiliki arti
lebih dari pada pengetahuan ilmiah itu sendiriknowledge.. Menurut Rezba (1999),
hThere are three dimensionsal ini disebabkan karena iof science that are all
importalmu pengetahuan dikonstruksi atas tiga dimensi penting. The first Pertamaof
these is the content of science, the basic adalah konten atau isi dari ilmu
pengetahuan, konsep dasarconcepts, and our scientific knowledge., dan
pengetahuan ilmiah. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu pengetahuan yang sangat
penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran pertama. Kedua adalah The
other two important dimensions of sciencprosesof doing science and scientific
attitudes. kerja sains, di mana proses sains dalam hal ini adalah keterampilan
proses sains yang digunakan para ilmuan dalam proses melakukan sains atau kerja
ilmiah. Ketika siswa belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses
sains, maka pada saat yang sama juga belajar tentang keterampilan proses sains.
Dimensi ketiga ilmu pengetahuan adalah sikap
ilmiah. Dimensi ini fokus pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari
sains. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan
imajinasi, antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah.
Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap metode dan
nilai-nilai ilmiah. Metode ilmiah dan nilai ilmiah tersebut diperlukan dalam
menjawab pertanyaan dengan menggunakan berbagai macam fakta atau bukti, serta
ketelitian dalam menemukan data. Lebih dari itu, sikap ilmiah yang penting
adalah bahwasanya pengetahuan dan teori ilmiah berubah setiap saat berdasarkan
perkembangan informasi. Dalam hal ini, siswa menyikapi kebenaran dalam ilmu
pengetahuan sebagai kebenaran yang bersifat sementara atau tentatif.
Dalam sifat ketentativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah
mungkin dapat mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam keterbatasannya
pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang telah ditemukan oleh
para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional dapat dilakukan adalah
siswa harus memahami metodologi kerja sains dan memiliki keterampilan dalam
kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan hal itu, siswa memiliki
kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat,
siswa mungkin saja dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
Keterampilan proses sains dapat dikatakan sebagai
kompetensi yang bersifat generik. Keterampilan proses sains memiliki peran yang
sangat penting dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini,
kemampuan keterampilan proses sains dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan
siswa. Membiasakan siswa belajar melalui proses kerja ilmiah, selain dapat
melatih detail keterampilan ilmiah dan kerja sistematis, dapat pula membentuk
pola berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian, pengembangan keterampilan
proses sains dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan berpikir siswa (high
order of thinking).
Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus
dirancang sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk
pengetahuan, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini, pembelajaran sains
haruslah mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja ilmiah sebagai
proses penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep dasar
pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran sikap ilmiah. Oleh
karena pembentukan pengetahuan sains diawali dari proses yang ilmiah, maka
pembelajaran sains pun harus diletakkan dan ditekankan lebih awal pada
kemampuan keterampilan proses sains siswa. Dengan demikian, perkembangan
kemampuan keterampilan proses siswa memiliki peran yang sama penting dan
terintegrasi dengan penguasaan pengetahuan sains dan sikap ilmiah.
Menurut Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran
keterampilan proses dapat dilakukan pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan
materi dan tingkat kerumitan, metode dan sistem pengukuran dapat disesuaikan
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Kemampuan siswa menggunakan proses
sains akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengalaman belajar dan
tingkatan kelas atau tingkat kognitif siswa secara biopsikologis. Penilaian
terhadap kemampuan keterampilan proses sains, dapat memberikan infromasi data
status pencapaian keterampilan siswa. Hasil tersebut, dijadikan sebagai acuan
dalam pengembangan keterampilan proses selanjutnya serta instrument refleksi
terhadap perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan demikian, pentingnya
keterampilan proses sains merupakan dasar dalam pembentukan pengetahuan sains
bagi siswa dan akan digunakan siswa dalam setiap sisi kehidupannya di masa
depan.
3. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains
Metode ilmiah merupakan dasar dari
pembentukan pengetahuan dalam sains. Metode ilmiah dapat diartikan sebagai cara
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan
melakukan eksperimen. Menurut Hess (2007), terdapat enam langkah-langkah metode
ilmiah, yaitu:
- Mengajukan pertanyaan atau
merumuskan masalah
- Membuat latar belakang
penelitian atau melakukan observasi
- Menyusun hipotesis
- Menguji hipotesis melalui
percobaan
- Menganalisa data dan membuat
kesimpulan
- Mengkomunikasikan hasil
Dalam pembelajaran sains, keenam
langkah-langkah metode ilmiah tersebut dikembangkan dan dijabarkan menjadi
sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada
siswa. Menurut Wetzel (2008), keterampilan proses sains merupakan dasar
dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses
sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terpadu.
Keterampilan
proses dasar
Menurut Rezba (1999) dan Wetzel
(2008), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan
tertentu, yaitu:
- Observasi atau mengamati,
menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti
karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
- Klasifikasi, proses
pengelompokan dan penataan objek
- Mengukur, membandingkan
kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti:
standar dan non-standar satuan pengukuran.
- Komunikasi, menggunakan
multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.
- Menyimpulkan, membentuk ide-ide
untuk menjelaskan pengamatan.
- Prediksi, mengembangkan sebuah
asumsi tentang hasil yang diharapkan.
Menurut Rezba (1999), keenam
keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika
ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun
ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan
fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat
penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan
proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses sains dapat
meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada
siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih
banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan
komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan
proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba,
1999).
Keterampilan
proses terpadu
Perpaduan dua kemampuan keterampilan
proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Menurut Weztel
(2008), Keterampilan proses terpadu meliputi:
- merumuskan hipotesis, membuat
prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau
penyelidikan.
- mengidentifikasi variabel,
penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan
variabel kontrol dalam penyelidikan
- membuat defenisi operasional,
mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam
penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.
- percobaan, melakukan
penyelidikan dan mengumpulkan data
- interpretasi data, menganalisis
hasil penyelidikan.
Keterampian proses sebagaimana
disebutkan di atas merupakan keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada
proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan
merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu,
penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua
keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.
4. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
Penilaian merupakan tahapan penting
dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai
sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama.
Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian
keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver,
pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa
bentuk, diantaranya:
- Pretes dan postes. Guru
melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun
sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan
dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi.
Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk mengetahui
perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.
- Diagnostik. Guru melaksanakan
penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa memerlukan
bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan pelajaran
dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.
- Penempatan kelas. Guru
melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu
kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki kelas
akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
- Pemilihan kompetisis siswa.
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai
kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba
sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti
lomba sains dengan baik.
- Bimbingan karir. Biasanya para
peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian keterampilan proses
sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian keterampilan proses sains
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi dan
tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu,
penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum
digunakan. Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian
terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
- Mengidentifikasikan jenis
keterampilan proses sains yang akan dinilai.
- Merumuskan indikator untuk
setiap jenis keterampilan proses sains.
- Menentukan dengan cara
bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes
unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
- Membuat kisi-kisi instrumen.
- Mengembangkan instrumen
pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat.
Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan
proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
- Melakukan validasi instrumen.
- Melakukan ujicoba terbatas
untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
- Perbaikan butir-butir yang
belum valid.
- Terapkan sebagai instrumen
penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.
Pada langkah-langkah penyusunan
instrument di atas, pencarian validitas dan reabilitas empiris terutama
dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang beresiko tinggi.
Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam penelitian,
penilaian dalam skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.
Pengukuran terhadap keterampilan
proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tertulis.
Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test)
dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper
and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan
dalam bentuk observasi atau pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam
keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan
dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik
penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan
proses sains.
Penilaian
keterampilan proses melalui tes tertulis
Penilaian secara tertulis terhadap
keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk essai dan pilihan ganda
. Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen dan
pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa
pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih
bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih
indiviualistik.
Sebuah contoh konstruksi instrument
penilaian secara tertulis dalam bentuk tes essai, sebagai berikut:
Sebuah percobaan dilakukan untuk
mengetahui pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Setelah dilakukan
pengukuran dalam selama tujuh hari, diperoleh data sebagai berikut:
|
Hari Ke-
|
Tinggi tanaman (cm)
|
|
|
Disiram air setiap hari
|
Tidak disiram air
|
|
|
1
|
5
|
5
|
|
2
|
7
|
6
|
|
3
|
8,5
|
6,5
|
|
4
|
11
|
6,9
|
|
5
|
12,8
|
7,2
|
|
6
|
14
|
7,3
|
|
7
|
15,9
|
7,3
|






0 comments:
Post a Comment