Developing Cognitive Abilities
(Perkembagan
Kemampuan Kognitif)
Cognitive Psychology , margaret w matlin
Dalam bab ini, kita akan
menguji bagaimana proses kognitif berkembang dari beberapa topik yang telah
di pelajari pada bab sebelumnya. Walaupun topik-topik sebelumnya dibahas secara singkat, namun kali ini akan diselidiki tiga topik
secara rinci: ingatan (memori), metamemori, dan bahasa. Tujuan pertama
dari bab ini
ialah untuk memberitahukan anda tentang perkembangan tiga kemampuan yang
penting ini. Anda dapat melihat bahwa beberapa kemampuan ini meningkat dari
masa kanak-kanak yang berkembang hingga masa dewasa, dan tiga kemampuan ini berangsur-angsur
menurun pada orang dewasa yang mencapai usia lanjut. Hasilnya menunjukkan suatu hal
yang di luar dugaan bahwa hanya ada sedikit
perubahan perkembangan dari tiga kemampuan tersebut. Tujuan kedua
dari bab ini ialah untuk mendorong kita mengulang kembali beberapa konsep
penting yang telah diperkenalkan di bagian sebelumnya pada buku Cognitive
Psycology ini. Sebagai contoh, yang kita ketahui dari bab 6 (Using memory and metacogition), belajar akan lebih efektif jika di kembangkan terus-menerus. Kita ulang kembali konsep yang telah
di pelajari pada
awal-awal minggu
yang lalu.
Berdasarkan penelitian mutakhir, seorang bayi yang berumur bulanan (infants/infantil)
pun dapat mengingat beberapa orang, benda, dan
peristiwa. Sebagai Contoh, infants dapat mengingat bagaimana menggerakan sebuah mobile
(benda-benda yang bergerak), dengan cara
menendangkan kaki seperti yang telah
mereka pelajari beberapa minggu sebelumnya. Memori pengenalan (long-term recognition) anak-anak dapat dinilai
akurat/sangat tepat, tetapi working memory (daya nalar) dan memunculkan kembali memori
yang tersimpan lama (long-term recall) dinilai tidak lebih
akurat dibandingkan orang dewasa.
Anak kecil juga belum mampu untuk menggunakan strategi mengingat spontan
ketika mereka ingin mengingat sesuatu. Pada kondisi ideal, anak-anak dapat menyampaikan testimoni /kesaksian secara akurat. Kesalahan biasanya terjadi pada anak-anak yang masih “muda”, jika
mereka menerima informasi yang salah, dan jika mereka memiliki keterbelakangan
mental.
Orang tua agak sedikit menyerupai anak muda dalam
beberapa working memory (daya
nalar), implicit memory, atau recognition
memori. Bagaimanapun juga, mereka memiliki kesulitan pada kegiatan-kegiatan yang memerlukan
working memory kompleks, prospective memory, atau mengingat
kembali sesuatu hal yang eksplisit (misalnya mengingat nama-nama orang).
Keterampilan metamemori anak-anak berkembang
ketika mereka tumbuh dewasa. Contohnya, anak-anak yang lebih
muda terlalu percaya diri tentang
akurasi memori mereka daripada anak-anak
yang lebih tua dan orang dewasa, yang
memorinya lebih akurat. Dewasa tua dan dewasa muda memiliki kemampuan yang sama dalam penggunaan
memori. Namun, dewasa
tua cenderung lebih percaya diri tentang akurasi
memori mereka.
Setelah memperhatikan
perkembangan bahasa, bayi-bayi sangat kompeten
dalam memahami bunyi suara dan komponen penting lainnya dari bahasa. Pada masa anak-anak, keterampilan berbahasa mereka
meningkat secara dramatis pada bidang-bidang seperti arti kata, hubungan tata
bahasa, dan aspek pragmatis dari bahasa.
PENDAHULUAN
Ikutilah percakapan antara seorang ibu dan anaknya yang
berusia 2 ½ tahun berikut ini:
Anak :
Mengapa mereka pulang?
Ibu :
Karena ibunya telah lelah
Anak :
Mengapa dia lelah?
Ibu :
Karena dia tak tidur sepanjang hari.
Anak :
Mengapa ia tidak tidur?
Ibu :
Karena mereka telah pergi ke pesta.
Anak :
Mengapa mereka pergi ke pesta?
Ibu (jengkel): Karena ! ( Karmiloff dan
Karmiloff-smith, 2001, hal.102).
Interaksi ini
menangkap keterampilan berbahasa yang cukup besar dari anak-anak yang masih kekanak-kanakan. Hal ini juga diilustrasikan pada bab 1 buku teks, dimana anak-anak secara aktif mengejar infomasi (Gauvain, 2001; Gelmann dan
Brenneman, 2004). Faktanya, orang tua seperti ibu ini, kadang-kadang membatasi anak-anak dalam mengejar pengetahuan mereka. Interaksi itu juga mengilustrasikan bahwa sintaks anak-anak
belum sepenuhnya dikembangkan. Ketika anak laki-laki berusia 4 tahun berkata
kepada ibunya pada suatu pagi, “Ibu tahu, aku sudah bertambah dewasa sekarang….Tentunya
ini akan membutuhkan masa yang lama!” (Rogoff, 1990, p.3). Seperti yang akan kita lihat pada bab ini,
anak kecil itu memang tepat. Anak berusia 4 tahun telah menguasai beberapa
komponen memori dan bahasa. Bagaimana pun juga, mereka masih perlu untuk
mengembangkan kemampuan mereka dalam penampilan memori, strategi mengingat, metacognition,
sintaks, dan nilai pragmatisnya.
Kebanyakan buku teks psikologi kognitif membatasi
diskusi perkembangan kognitif pada pada masa bayi dan masa anak-anak saja. Buku
teks ini menekankan
pendekatan umur untuk perkembangan, yang berpendapat bahwa perubahan perkembangan berlanjut setelah melampaui masa
dewasa muda, kita terus berubah dan
beradaptasi sepanjang kehidupan kita
(Smith dan Baltes, 1999; Whithbourne,2008). Seperti yang akan kita lihat, beberapa keterampilan kognitif menurun selama proses penuaan, tapi
kemampuan lainnya tetap meningkat secara stabil.
Sebuah pendekatan umur
untuk perkembangan kognitif adalah penting di Amerika Utara, karena
sekitar 13% penduduk Kanada dan 12% dari penduduk
AS adalah 65 tahun atau lebih tua (Statistik Kanada, 2008; World almanac and Book of Facts, 2005). Untungnya, terdapat peningkatan
jumlah psikolog yang memfokuskan riset mereka pada individu lansia (Birren dan Schroots,2001).
Ketika kita mempelajari kemampuan kognitif pada
bayi, anak-anak, dan lansia, masalah penelitian muncul semakin rumit ketika kita mempelajari kemampuan
kognitif orang dewasa. Contohnya, bagaimana mungkin bayi bisa menyampaikan apa yang mereka ketahui,
mengungkapkan bahasa mereka yang terbatas dan kemampuan motorik mereka? Walaupun demikian, dengan
teknik penelitian yang kreatif, para
peneliti dapat mengatasi keterbatasan ini dan menemukan bahwa bayi pun dapat memahami informasi tentang orang-orang
dan benda-benda di dunia mereka (Baillargeon, 1998; Mandler, 1990).
Penelitian terhadap orang tua, menyajikan satu set metodologi permasalahan yang berbeda
(Boker dan Bisconti,2006;Salthouse, 2000; Whitbourne, 2008). Ratusan penelitian
telah membandingkan kemampuan kognitif mahasiswa yang muda, sehat dengan kemampuan
kognitif orang lansia yang kesehatannya, kepercayaan dirinya, pendidikannya,
dan kemampuan penggunaan teknologinya yang
relatif kurang. Lebih jauh lagi, mahasiswa lebih mudah menerima
pengetahuan baru dengan mengingat materi-materi dan melakukan ujicoba, daripada
orang dewasa yang sudah tua.
Perhatikan permasalahannya: Dimungkinkan bahwa penelitian memori yang hanya mengontrol variabel terbatas menunjukkan bahwa, orang dewasa muda dapat mengingat 25% hal-hal (items) lebih banyak daripada orang tua. Bukan
tidak mungkin kemampuan orang dewasa muda yang lebih baik dalam mengingat (recall) ditandai dengan variabel-variabel baru, seperti kesehatan atau pendidikan, daripada kemampuan yang diperoleh dari proses pertambahan usia. Secara umum, para peneliti percaya bahwa
variabel-variabel baru tersebut dapat menjelaskan hal-hal penting dalam perbedaan kemampuan kognitif. Dimana, para peneliti
telah meneliti hubungannya bahwa perbedaan keadaan pada usia, baru dapat muncul apabila variabel-variabel baru itu
dihapuskan (Baltes et a., 1999;
Birren & Schaie, 1996; Cavanaugh & Whitbourne, 1999; Whitbourne, 2001).
Bab ini terpusat pada perkembangan kognitif dalam
3 bidang: ingatan (memori), metacognition, dan bahasa. Secara khusus telah disusun buku kajian ini sehingga di Bab
akhirnya akan mendorong anda untuk mengulang konsep utama dari ketiga bidang
penting ini dalam psikologi kognitif. Sebagai tambahan, anda akan mempelajari
bahwa bayi dan anak kecil memiliki kemampuan kognitif yang mungkin tak pernah
anda duga. Anda juga dapat melihat bahwa orang tua lebih kompeten secara
kognitif daripada sangkaan pendapat umum.
Banyak bagian dari buku
pelajaran ini telah menguji ingatan. Bab 3, 4, dan 5 terfokus secara khusus
pada ingatan, dan bab-bab yang tersisa mendiskusikan tentang peranan yang diberikan
oleh ingatan terhadap proses kognitif lainnya. Sekarang kita akan menguji
bagaimana ingatan berkembang dari bayi yang berusia 2 tahun pertama kemudian anak-anak hingga
dewasa.
INGATAN
PADA BAYI
YANG BELUM LAMA LAHIR (INFANTS)
Cobalah untuk mengambil gambaran bayi yang kira- kira berusia 4 bulan, belum cukup
mampu untuk duduk tanpa bantuan. Akankah anda berharap bahwa bayi ini dapat
mengenali ibunya, atau meniru kegiatan-kegiatan sederhana? Beberapa dekade yang
lalu, para ahli psikologi meyakini bahwa bayi berusia 4 bulan tidak bisa
mengingat apapun selama lebih dari satu periode yang singkat (Gelman, 2002).
Tentunya, kita tidak meyakini jika bayi dengan usia tersebut dapat menunjukkan
ingatan yang canggih, karena bagian korteks yang kebanyakan berkaiatan dengan
ingatan yang bekerja serta yang berkaiatan dengan ingatan jangka panjang belum
berkembang sempurna (Bauer, 2004; Kagan & Herschkowitz, 2005).
Lebih jauh lagi, awalnya para peneliti meremehkan
kemampuan ingatan bayi karena masalah metedologis. Untungnya, para ahli psikologi baru-baru ini telah menemukan beberapa metode pengembangan
untuk menguji kemampuan bayi untuk mengingat orang-orang dan benda-benda.
Penelitian ini menunjukkan bahwa bayi
memiliki kemampuan mengingat yang lebih dasyat daripada yang mungkin bayangkan. Contohnya,
sekarang kita tahu bahwa bayi yang berusia 6 bulan mampu menciptakan hubungan
diantara dua benda. Tentu saja, (pada Tema 2) yang menekankan kemampuan kognitif dapat
diterapkan pada bayi, anak- anak dan orang dewasa.
Satu cara untuk menilai ingatan bayi adalah dengan
melihat apakah mereka mampu meniru tindakan setelah penundaan (e.g., learmonth
et al., 2004, 2005; Mandler, 2004a; Nelson, 2006). Marilah kita
mempertimbangkan 3 topik penelitian lainnya: (1) Pola- pola perhatian bayi, (2)
Pengenalan ibu, dan (3) Menafsirkan penguatan dengan benda-benda bergerak.
Seperti yang sudah anda pahami bayi mampu menunjukkan kemampuan ingatan yang
kuat bahkan saat usia 1 bulan.






0 comments:
Post a Comment