RISET EVALUASI
HAKEKAT
Evaluasi adalah suatu kegiatan
yang biasanya dilakukan untuk membuat jajmen terhadap kelayakan suatu
perencanaan, implementasi, dan hasil suatu program atau kebiajakn. Menurut
Stanley dan Hopkins (1978): “We use the
world evaluation to designate summing-up process in which value judgements play
a large part, ...” Jadi, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk membuat
jajmen tentang nilai sesuatu.
Fokus evaluasi terdiri dari empat
macam, yaitu: 1) perencanaan program (evaluasi program), 2) implementasi suatu
program (evaluasi proses), 3) hasil dari implementasi (evaluasi hasil), dan 4)
dampak dari implementasi suatu kebijakan (evaluasi dampak).
1
Evaluasi program
Dalam evaluasi program pelaksanaan
evaluasi difokuskan pada program itu sendiri untuk menunjukkan tentang
kesesuaian program dengan visi dan misi lembaga atau organisasi, kesesuaian
program dengan tujuan lembaga, kesesuaian dengan rencana strategis, kesesuaian
dengan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program, efektifitas pelaksanaan
program, efisiensi pelaksanaan program baik secara internal maupun eksternal,
dan keefektifan biaya pelaksanaan program.
2
Evaluasi proses
Evaluasi proses difokuskan pada
proses yang dilaksanakan dalam implementasi program serta berbagai variabel
yang terlibat dalam proses tersebut terkait dengan metode dan teknik serta
interaksi antar variabel dalam proses tersebut (seperti sumber daya manusia,
pihak yang diuntungkan, lingkungan, budaya, sarana prasarana, sumber daya).
3
Evaluasi Hasil (evaluasi
output)
Evaluasi hasil difokuskan pada
hasil yang dicapai dari pelaksanaan program. Fungsi dari evaluasi hasil adalah
untuk mengetahui keberhasilan program, maupun sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan.
4
Evaluasi Dampak (evaluasi
outcome)
Evaluasi dampak difokuskan pada
dampak jangka panjang dari pelaksanaan suatu program, yang diketahui setelah
penerima atau sasaran program memanfaatkan hasil yang diperolehnya.
Pelaksanaan evaluasi dapat
dilakukan secra internal dan eksternal. Evaluasi internal jika evaluasi dilakukan
oleh pihak didalam sistem yang melaksanakan program itu. Evaluasi eksternal biasanya
memanfaatkan pihak lain yang bersifat independen mengerjakan evaluasi.
Riset evaluasi merupakan suatu
investigasi ilmiah yang dilakuakn oleh kepentingan evaluasi. Riset ini
dilakukan untuk menjajmen tentang merit, nilai, keunggulan atau manfaat dari
suatu kebijakan atau program yang dikaitkan dengan kepentingan analisis
kebijakan.
Meskipun evaluasi dan riset
evaluasi memiliki kepentingan yang sama untuk melakukan penilaian sehingga
hasilnya dapat dijadikan pertimbangan untuk mengambil kebijakan untuk menuju
hasil yang lebih optimal, keduanya memiliki perbedaan jika dilihat sari aspek
metodologi. Evaluasi dapat dilakukan tanpa riset, tanpa menerapkan metodologi
dan prosedur riset ilmiah. Sedangkan, riset evaluasi menerapkan metodologi
ilmiah dan prosedur ilmiah.
B. MODEL EVALUASI
Ibrahim dan Ali (2007) membuat
kategori dalam model evaluasi, yaitu:
1
Model pengukuran
(measurement model)
Model pengukuran menitikberatkan
pada kegiatan pengukuran dalam proses evaluasi. Pengkuran dipandang sebagai
kegiatan menentukan besarnya suatu sifat yang dimiliki objek, orang atau
peristiwa dalam bentuk unit ukuran tertentu.
2
Model persesuaian
(congruence model)
Evaluasi pada model ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi gambaran mengenai efektifitas suatu
program mencapai tujuan. Hasil evaluasi yang diperoleh berguna bagi kepentingan
penyempurnaan program dan untuk memberikan informasi kepada pemangku
kepentingan mengenai keberhasilan yang dicapai oleh program itu.
3
Model evaluasi sistem (
system evaluation model)
Evaluasi pada model ini
dimaksudkan untuk membandingkan kinerja berbagai dimensi program yang sedang
dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, akhirnya sampai pada deskrisi
dan jajmen mengenai program yang dinilai (baik dan buruk, efektif dan tidak
efektif).
4
Model Iluminasi
(Ilumination model)
Tujuan evaluasi menurut model ini
adalah mengadakan studi terhadap program inovasi, bagaimana pelaksanaan itu
dipengaruhi oleh situasi dimana program yang bersangkutan dikembangkan, apa
kebaikan-kelemahannya, dan bagaimana program tersebut mempengaruhi masyarakat.
Model ini juga memandang evaluasi sebagai masukan untuk kepentingan pengambilan
keputusan dalam rangka penyesuaian dan penyempurnaan program yang dikembangkan.
Objek evaluasi yang diajukan
mencakup: 1) latar belakang dan perkembangan program, 2) proses pelaksanaan
program, 3) hasil yang dicapai, 4) kesukaran-kesukaran yang dialami program.
Model evaluasi lainnya
dikembangkan oleh Borg dan Gall (1996), yang terdiri dari:
a.
Evaluasi melalui pengukuran
Evaluasi dilakukan melalui pengukuran kemampuan seperti tes individual.
b.
Evaluasi kinerja yang
dikaitkan dengan tujuan
Michael scriven menggunakan dua
istilah untuk evaluasi jenis ini, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dihubungkan untuk keperluan penyempurnaan program, evaluasi
sumatif untuk mengetahui nilai dari pelaksanaan suatu program.
c.
Evaluasi untuk pembuatan
keputusan
Evaluasi yang menganalisis keseluruhan komponen program. Daniel
Stufflebeam menggolongkan program menjadi fokus evaluasi dalam empat dimensi,
yaitu konteks, masukan, proses dan produk yang lebih dikenal dengan model CIPP
(Context, input, process, product).
d.
Evaluasi untuk
mengidentifikasi isu-isu program
Evaluasi ini dilakukan untuk riset terhadap isu-isu yang muncul dan
mencari pemecahan terhadap masalah yang terkait. Evaluasi ini juga dikenal
dengan veluasi responsif.
e.
Evaluasi adversari
Evaluasi adverseari dilakukan terhadap suatu aspek dari evaluasi
responsif tertentu, datanya dikumpulkan secara lebih komprehensif dari
kesaksian yang menjadi fokus evaluasi (berupa kesaksian negatif dan kesaksian
positif). Empat tahapan dalam evaluasi adverseri: pertama, merumuskan isu; kedua,
mereduksi isu-isu yang menjadi prioritas; ketiga, dikaji isu prioritas dalam dua kelompok tim (positif dan
negatif); dan keempat, melakukan sesi
pra-dengar pendapat dan dengar pendapat formal.
Jenis evaluasi yang dilakukan
untuk beberapa kepentingan, dibedakan menjadi:
1.
Riset evaluasi untuk
asesmen kebutuhan
Kebutuhan yang dimaksud dalam riset evaluasi adalah
perbedaan antara kondisi yang sebenarnya ada dan kondisi yang diharapkan yang
dikelompokkan dalam sejumlah kategori sangat penting (urgent), penting (important),
dan diperlukan (necessary).
2.
Riset evaluasi Formatif dan
Sumatif
Riset evaluasi jenis ini memiliki
acuan yang sama yaitu tujuan, dimana pelaku riset menjadikan tujuan program
sebagai acuan melalukan evaluasi. Setiap tujuan dielaborasi kedalam berbagai
indikator kinerja, dan mengacu pada indikator-indikator itu dikembangkan
instrumen untuk mengumpulkan data atau mengukur kinerja implementasi program.
Perbedaan antara evaluasi formatif
dan sumatif, diringkas dalam tabel berikut:
|
No
|
Evaluasi
formatif
|
Evaluasi
Sumatif
|
|
1
|
Dilakukan
untuk kepentingan pengumpulan data tentang program pada saat program itu
dalam pengembangan.
|
Dilakukan
setelah suatu program selesai diimplementasikanuntuk mengetahui derajat
manfaat dan keberhasilan program dalam mencapai tujuan.
|
|
2.
|
Biasanya
dilakukan oleh pihak yang ada dalam organisasi (Secara internal), menggunakan
observasi atau wawancara.
|
Dilakukan
secara eksternal, oleh pihak di luar organisisasi, menggunakna instrumen yang
valid.
|
|
3.
|
Hasil
evaluasi tidak dapat digeneralisasi.
|
Hasil
evaluasi dapat digeneralisasi.
|
Riset evaluasi ini dilakukan untuk
merepon berbagai isu dan permasalahan yang muncul saat ini yang menjadi
kepedulian para pemangku kepentingan. Pada mumnya jenis riset ini dilaksanakan
oleh sebuah tim yang terdiri dari para pakar.
a.
Memprakarsai dan
melaksanakan evaluasi, ditandai dengan adanya kontrak antar klien dan pelaku
riset.
b.
Mengidentifikasi
kepedulian, isu-isu dan nilani-nilai dari pemangku kepentingan melalui
wawancara atau penyebaran kuisioer.
c.
Melakukan pengumpulan data atau
infromasi terkait berbagai kepedulian, isu dan nilai-nilai yang diidentifikasi
dari para pemangku kepentingan.
d.
Pembuatan laporan hasil
riset dan rekomendasi yang dibuat berdasarkan hasil riset itu.
D.
KETERKAITAN EVALUASI DAN
PEMBUATAN KEBIJAKAN
Dalam konteks pembuatan kebijakan
publik, hasil riset apapun dapat dijadikan dasar dalam melakukan analisis
kebijakan, terutama bila riset itu dilakukan terhadap permasalahan yang relevan
dengan suatu kebijakan tertentu.
Suatu riset yang secara khusus
dilakukan untuk kepentingan pembuatan kebijakan, maka hasilnya akan dapat
dimanfaatkan oleh pembuat kebijakan itu sendiri. Kebijakan yang dibuat
berdasarkan hasil riset itu adalah kebijakan tentang pengembangan program atau
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan. Kebijakan seperti ini diperlukan agar
program yang dirancang benar-benar dapat menjawab kebutuhan sebenarnya.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan
riset evaluasi bila dikaitkan dengan pengambilan kebijakan adalah sebagai
berikut:
1.
Merumuskan fokus evaluasi berdasarkan
kesepakatan antara pelaku rset dan klien.
2.
Mengembangkan model bingkai
acuan.
3.
Rancangan studi evaluasi
yang mencakup pendekatan yang digunakan, metode riset, sumber data, teknik
pengumpulan, dan analisa data, dan rencana pelaksanaan.
4.
Pengembangan instrumen
evaluasi
5.
Pelaksanaan pengumpulan dan
analisis data
6.
Analisis kebiakan
berdasarkan data yang terkumpul
7.
Perumusan kesimpulan dan
rekomendasi dikaitkan dengan fokus evaluasi yang menggambarkan bagaimana
kondisi objektif berdasarkan data empirik.
E.
PENGGUNAAN TEKNIK DELFI
Teknik Delfi adalah suatu teknik
komunikasi terstruktur dalam membuat ramalan (forecasting) atau prakiraan yang
dilakukan secara sistematik dan interaktif.
Prinsip dasarnya bahwa jajmen terhadap sesuatu yang diprakirakan akan
terjadi atau dibutuhkan yang disepakati oleh sejumlah orang secara konsensus,
jauh lebih baik daripaada dilakukan oleh hanya satu pakar.
Pelaksanaan penggunaan teknik ini
dengan cara meminta para pakar memberikan pendapatnya tentang peluang,
frekuensi dan intesitas yang mungkin akan terjadi. Secara umum pelaksanaannya
dapat digunakan dalam dua cara, yaitu: dengan memanfaatkan kegiatan semacam
studi survei dan teknik delfi mini atau Estimate-Talk-Estimate
(ETE) yang dibuat dalam pertemuan tatap muka.
Karakteristik utama teknik delfi:
1.
Kontribusi awal dari para
pakar adalah dalam bentuk jawaban terhadapp kuisioner serta komentarnya
terhadap jawaban-jawaban itu.
2.
Para peserta memberikan
komentar terhadap ramalan masing-masing respon peserta lain dan kemajuan panel
secara keseluruhan
3.
Biasanya para panel itu
tidak dimunculkan namanya agar terhindar dari subjektivitas.
4.
Koorninator panel memilih
para pakar dalam bidang yang terkaitt dengan masalah yang dianalisis.
Penggunaan
Teknik delfi biasanya digunakan
pada evaluasi dan perumusan kebijakan. Dalam rangka evaluasi, teknik delfi
digunakan untuk menilai keberadaan suatu program atau kebijakan dengan cara
meminta pendapat dan jajmen dari para pakar yang memiliki pengetahuan tentang
substansi program dan kebijakan yang dievaluasi.Dalam rangka perumusan
kebiajakn, dilakukan dengan meminta mereka untuk membuat peramalan atau
prakiraan tentang berbagai hal yang diantisipasi akan terjadi atau dibutuhkan
pada masa yang akan datang.
Prosedur Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan teknik delfi
instrumen yang digunakna adalah kuisioner tipe jawaban terbuka (open-ended). Prosedur umum terdiri dari
tujuh langkah, yaitu:
1.
Merumuskan substansi apa
yang akan dibuat ramalan atau prakiraan terkait dengan isu atau persoalan yang
dihadapi
2.
Menyiapkan bentuk awal
kuisioner yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pernyataan tipe jawaban
terbuka.
3.
Memilih sampel studi
sekitar 100 orang yang memiliki pemahaman isu-isu yang distudi.
4.
Melakukan pengiriman bentuk
awal kuisioner kepada sampel untuk menjawab atau mengisi kuisioner itu,
kemudian berdasarkan respon terhadap bentuk awal kuisioner selanjutnya
dilakukan revisi dan diedarkan kuisioner yang direvisi.
5.
Kuisioner dikembalikan lagi
pada responden yang sama.
6.
Mengulangi cara yang sama
seperti langkah ketiga sekurang-kurangnya empat kali putaran agar diperoleh
konsensus hasil pemikiran terbaik.
7.
Memperoleh sejumlah rumusan
kesimpulan, yang berupa daftar hasil perumusan ramalan tentang sesuatu yang
dillakukan kajiannya menggunakan teknik delfi.
PERTANYAAN
1.
Apakah desain dari riset
evaluasi (kualitatif atau kuantitatif)?
2.
Bagaimana riset evaluasi
dapat diterapkan pada bidang penelitian pendidikan?
3.
Penyampelan dalam teknik
delfi apakah harus mengumpulkan sekitar 100 pakar? Kemudian dalam menentukan
sampel, dalam putaran berikutnya bagaimana kalau mengatasi kalau terjadi
kehilangan sampel, dikarenakan pakar tersebut mengundurkan diri dari
penyampelan?
4.
Dengan teknik apakah data
yang dikumpulkan dianalisis hingag berkali-kali putaran? Dan apakah jenis
pertanyaan dari kuisioner tersebut sama dengan kuisioner pada putaran
sebelumnya?






0 comments:
Post a Comment