STUDI
KUASI EKSPERIMENTAL
Silahkan download dalam bentuk word lebih jelas lagi
Studi Kuasi
Eksperimental di pandang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan studi
eksperimental (sejati). Hal ini disebabkan dalam riset-riset perilaku dan
sosial pada umumnya fokus kajian dan pengukuran adalah pada aspek prilaku,
sehingga dalam pelaksanaannya tidak dapat menghindari penelitian manusia
sebagai subjek. Perbedaan utama antara studi eksperimental (sejati) dan studi kuasi
eksperimental terletak dalam pemilihan subyek sampel secara random dan
penugasan subyek secara random. Pada studi eksperimental, pedoman dilakukan
terhadap setiap individu subyek anggota populasi.
HAKEKAT
Pada hakekatnya
studi kuasi eksperimental adalah studi eksperimental, namun dalam pelaksanaan
studi itu ada kendala-kendala pemenuhan kriteria, yaitu terkait pemilihan
subyek sampel secara random dan penugasan subyek secara random. Studi eksperimental
sejati memenuhi empat kriteria, yaitu: 1) pemilihan subyek secara random, 2)
penugasan subyek kedalam salah satu dari kelompok eksperimen atau kelompok
kontrol secara random, 3) ada manipulasi variabel, dan 4) ada pemberian
perlakuan.
Dalam berbagai
riset perilaku dan sosial ada suatu konsep tentang desain-desain eksperimen
yang representatif yaitu desain-desain yang dipandang mencerminkan kondisi
lingkungan kehidupan yang sebenarnya. Desain-desain seperti ini tidak dapat di
generalisasi, karena kondisi sampel lebih mencerminkan kondisi kehidupan yag
lebih nyata dan berbagai karakteristiknya lebih alami.
Pemilihan
desain representatif dalam riset-riset perilaku dan sosial di dasarkan atas
asumsi-asumsi. Pertama, lingkungan
kehidupan manusia itu bersifat kompleks dan saling berhubungan. Kedua, manusia merupakan pemproses
informasi yang bersifat, aktif tidak pasif. Ketiga,
asumsi lain menyatakan, bahwa perilaku manusia itu bersifat kompleks
sehingga pengaruh suatu perlakuan dalam suatu eksperimentasi juga bersifat
kompleks. Pengaruh ini juga tidak hanya terhadap suatu bentuk perilaku
tertentu, seperti kemampuan atau pengetahuan saja, melainkan meliputi juga
bentuk-bentuk perilaku lain, seperti sikap, minat, motivasi, dan persepsi. Oleh
karena itu, dalam melakukan eksperimen seharusnya dipegang prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1.
Menggunakan kelompok dalam lingkungan kehidupan yang sebenarnya.
2.
Menggunakan berbagai variasi kondisi lingkungan, bukan hanya subjek anggota
masyarakat saja, melainkan melibatkan unsur-unsur lain, seperti pemimpin,
peralatan yang digunakan, serta sarana, dan prasarana yang tersedia.
3.
Berbagai bentuk perilaku subjek yang terkait dengan berbagai kegiatan
eksperimen perlu diamati secara cermat menggunakan teknik yang tepat.
4.
Subyek yang dilibatkan dalam kegiatan studi telah siap untuk melakukan
berbagai kegiatan yang telah dirancang dalam persiapan studi.
5.
Menggunakan kelompok kontrol yang tepat sebagai pembanding dalam mengamati
pengaruh perlaku.
Desain
representatif ada karakteriktik eksperimen sejati yang terabaikan atau tak
dapat dilakukan, yaitu pemilihan subyek yang random dan penugasan random. Hal
ini mengingat, bahwa dengan digunakannya desain representasif berarti sampel
yang dipilih secara random pemilihannya bukan dilakukan dengan cara melakukan
random terhadap subyek secara ndividual.
Kekecualian
penggunakan desain representasif dalam pelaksanaan studi kuasi-eksperimental
terjadi pada studi yang menggunakan desain subyek tunggal. Desain seperti
adalah salah satu dari desain kuasi eksperimen, bukan studi kasus yang meneliti
secara deskriptif kasus tunggal. Penggunakan desain ini dipandang tepat untuk
melakukan eksperimen dalam bidang sains prilaku, khususnya pada studi mengubah
atau memodifikasi prilaku (behavior
modification).
Dalam upaya
mengoptimalkan keefektifan studi kuasi eksperimental, perlu diindahkan dan
selanjutkan dihindari beberapa kekeliruhan yang tidak jarang dilakukan oleh
para pelaku riset. Kekelirusan-kekeliruan itu menurut Gali, Borg and Gall
(1996) adalah:
1.
Pelaku riset tidak menghindari sejumlah variabel yang
seharusya tidak muncul, seperti pemilihan kelompok subyek yang kurang
representatif dan ancaman-ancaman terhadap validitas internal yang terkait
sejarah, regresi, dan kehilangan subyek yang mungkin dapat berdampak pada
perubahan prilaku yang dianggap sebagai pengaruh perlakuan.
2.
Tidak menggunakan desain faktorial untuk menguji pengaruh
sejumlah variabel bebas secara bersamaan terhadap variabel terikat, padahal
kondisinya memungkinkan untuk digunakan desain ini.
3.
Melakukan riset dengan menggunakan desain subjek tunggal
tapi tidak memeriksa secara teliti reliabilitas instrumen pengukuran yang
dilakukan.






0 comments:
Post a Comment