Makalah
Aliran Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dari dulu sampai sekarang ini pendidikan merupakan hal
yang paling penting untuk membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik, dan
masalah sukses tidaknya pendidikan tidak lepas dari faktor pembawaan
dan lingkungan. Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang
tidak mudah untuk di jelaskan sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang
tidak sedikit.
Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli
biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari
jawaban,
tentang perkembangan manusia itu sebenarnya
bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan. Dalam hal ini penulis akan
memaparkan beberapa pendapat dari aliran-aliran klasik, di antaranya aliran
nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi, serta pengaruhnya terhadap
pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia, serta
pandangan islam terhadap pendidikan.
B.RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Aliran Nativisme, Empirisme,
Konvergensi, Naturalisme, Progresivisme, Konstruktivisme.?
C.TUJUAN
Dalam pembahasan kali ini pemakalah mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran pendidikan.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Dasar Pendidikan
1. Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran pendidikan.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Dasar Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A . Aliran Nativisme
Aliran nativisme (aliran pesimistik). Aliran
nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari
pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan
menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme.
Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu
dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan
tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak
baik.
1. Tokoh tokoh
aliran nativisme
ArthurSchopenhauer
Dilahirkan di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788. Schopenhauer dibesarkan oleh keluarga pembisnis. Ia merupakan seorang jenius dengan karyanya yang terkenal adalah The World as Will and Representation. Ia mempunyai pandangan bahwa Pembawaanlah yang maha kuasa, yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi, apalagi membentuk kepribadian anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya, yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri
Dilahirkan di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788. Schopenhauer dibesarkan oleh keluarga pembisnis. Ia merupakan seorang jenius dengan karyanya yang terkenal adalah The World as Will and Representation. Ia mempunyai pandangan bahwa Pembawaanlah yang maha kuasa, yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi, apalagi membentuk kepribadian anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya, yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri
ImmanuelKant
Di lahirkan di Konigsberg pada 22 April 1724. Ia merupakan filsof Jerman dan karyanya yang terkenal adalah Kritik der Reinen Vernunft. Ia berpendapat bahwa :
Di lahirkan di Konigsberg pada 22 April 1724. Ia merupakan filsof Jerman dan karyanya yang terkenal adalah Kritik der Reinen Vernunft. Ia berpendapat bahwa :
1. Apa-apa yang
bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain
daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
2. Semua yang harus
dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini
disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan
mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila
semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
3. Yang bisa
diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan
pengharapan manusia.
Gottfried
Wilhemleibnitz
Merupakan filsuf Jerman yang lahir di Leipzig, pada 1
Juli 1646. Gottfried mempunyai pandangan bahwa perkembangan manusia sudah
ditentukan sejak lahir. Manusia hidup dalam keadaan yang sebaik mungkin karena
dunian ini diciptakan oleh Tuhan.
Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh
dikalangan beberapa orang ahli, tetapi tidak semudah dulu lagi. Diantara ahli
yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang
ahli linguistic yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky menganggap bahwa
perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata
oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological
predisposition” (kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir itulah yang menentukan
perkembangannya dalam kehidupan. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan
tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka
pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang
demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran
Pesimisme Paedagogis..
jawabkan.
B. Aliran Empirisme
jawabkan.
B. Aliran Empirisme
Aliran empirisme (aliran optimisme).Aliran empirisme
mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat
diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata
lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa
bakat tidak diakui.
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga
pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran
ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang
diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.Tokoh
utamanya John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of
British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran ini lebih
berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah
aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi
bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih
baru (Rober, 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula
rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran
kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting
pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu
semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan
bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini
para penganut empirisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir seperti
tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa.
Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan
yang mendidiknya.Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk
mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang poliisi. Karena
ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi
pemusik, walaupun orang tuanya pemusik sejati.
Tokoh- tokoh aliran ini adalah
:
Francis
Bacon
Merupakan filsuf, negarawan, sekaligus penulis yang
berasal dari Inggris. Francis Bacion berpendapat bahwa "Untuk memahami
dunia ini, pertama orang mesti mengamatinya.Pertama, kumpulkan
fakta-fakta.Kemudian ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara
argumentasi induktif yang logis
•Thomas Hobbes
Dilahirkan di Malmesbury (1588-1679). Hobbes
berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau
akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati. Segala yang ada ditentukan oleh
sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam.Yang nyata adalah
yang dapat diamati oleh indera manusia dan sama sekali tidak tergantung pada
rasio manusia(bertentangan dengan rasionalisme).
John
Locke
John Locke lahir di Bristol Inggris pada tahun 1632.
Jonh Lucke terkenal dengan teori tabularasanya. Pemikiran John termuat dalam
tiga buku pentingnya yaitu Essay Concerning Human Understanding (1600), Letters
on Tolerantion (1689-1692), dan Two Treatises on Government (1690). John
berpendapat bahwa anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan seperti kertas
putih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters)
DavidHume
David Hume lahir di Edinburgh pada 26 April 1711. Ia merupakan filosof Skotlandia, ekonom, dan seorang sejarawan. David Hume berpendapat bahwa seluruh pemikiran merupakan hasil dari pengalaman, yang disebut dengan istilah persepsi. Persepsi terdiri atas kesan-kesan (impressions), dan gagasan (ideas).
David Hume lahir di Edinburgh pada 26 April 1711. Ia merupakan filosof Skotlandia, ekonom, dan seorang sejarawan. David Hume berpendapat bahwa seluruh pemikiran merupakan hasil dari pengalaman, yang disebut dengan istilah persepsi. Persepsi terdiri atas kesan-kesan (impressions), dan gagasan (ideas).
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab
hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena
berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan
pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir, di
kesampingkan. Padahal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lungkungan
tidak terlalu mendukung.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini yaitu John Locke.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini yaitu John Locke.
C. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan
antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan
arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai factor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Aliran filsafat yang dipeloporinya disebut “personali.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah:
WilliamStrern
William Strern lahir pada 29 april 1871, ia merupakan penemu konsep intelligence quotient atau IQ. William berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik maupun buruk. Baik buruknya seseorang tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
William Strern lahir pada 29 april 1871, ia merupakan penemu konsep intelligence quotient atau IQ. William berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik maupun buruk. Baik buruknya seseorang tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
Al
Ghazali
Al Ghazali lahir pada tahun 450 H atau 1058 M di desa
Thus. Al Ghazali berpendapat bahwa batas awal berlangsungnya pendidikan adalah
sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia. Adapun mengenai
batas akhir pendidikan adalah tidak ada karena selama hayatnya manusia dituntut
untuk melibatkan diri dalam pendidikan sehingga menjadi insan kamil. Kemakmuran
dan kejayaan suatu bangsa sangat bergantung pada sejauhmana keberhasilan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Selain itu, pengajaran dan pendidikan harus
dilaksanakan secara step by step.sme”,
sebuah pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-disiplin
ilmu yang berkaitan dengan manusia. Di antara disiplin ilmu yang menggunakan
asas personalisme adalah “personologi” yang mengembangkan teori yang
komprehensif (luas dan lengkap) mengenai kepribadian manusia (Rober, 1988).
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin
filosofis yang berhubungan dengan proses perkembangan diatas, penyusun
pandangan bahwa factor yang memengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil
perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
Faktor
Internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang
meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan
dirinya sendiri.
Faktor
Eksternal yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut
dengan lingkungannya.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik factor pembawaan maupun factor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak
akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak
terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat
kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil
konvergensi.
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang
diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik
dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai
pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian,
terdapat variasi pendapat tentang factor mana yang paling penting dalam
menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu juga
melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang belajar mengajar, seperti peran
guru sebagai fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa
dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat
behavioral, penekanan pada peran tknologi pengajaran (The Teaching Machine,
belajar berprogram, dan lain-lain). dan sebagainya.
D. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir.
Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ.
Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat bahwa
semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun
dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di
tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika
pengeruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek,
akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J.
Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari
sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu sebagai
pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah di
biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat
jangan banyak mencampurinya.
Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di
berikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran
ini juga di sebut negativisme.
Jadi menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan
dari anak-anak, seperti di ketahui, gagasan naturalism yang menolak campur
tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin
lama makin di perlukan.
Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah
filosof Prancis yang hidup tahun 1712-1778. Naturalisme mempunyai pandangan
bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan
tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran
Naturalisme sering disebut Negativisme. Dalam aliran Naturalisme
memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran dintaranya adalah :
a) Anak didik
belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam dirinya secara
alami.
b) Pendidik hanya
menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai
fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap
kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab
belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c) Program
pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak
didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan
belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran
besar yaitu realisme, empirisme dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut
naturalisme merupakan penganut realisme, tetapi tidak semua penganut realisme
merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa realisme
merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran
realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan
etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran
filsafat naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan
itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia diciptakan dan ditempatkan di
atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Peserta didik harus
dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan
dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan
intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau
belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana..
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan
bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh
karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu dimulai jauh hari
sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam
keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang
natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga
merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang
sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang
terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”. Kelima tujuan
itu adalah (1) Pemeliharaan diri; (2) Mengamankan kebutuhan hidup; (3)
Meningkatkan anak didik; (4) Memelihara hubungan sosial dan politik; (5)
Menikmati waktu luang. Spencer juga menjelaskan tujuh prinsip dalam proses
pendidikan beraliran naturalisme, adalah (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri
dengan alam; (2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik; (3)
Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak; (4) Memperbanyak
ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan; (5) Pendidikan
dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak; (6) Praktik
mengajar adalah seni menunda; (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara
induktif; (Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan
kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik.
E . Aliran Progresivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah
yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam
dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan
kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan
jika dibanding makhluk lain.
Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang
didukung oleh ke-cerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah.
Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti
karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan
jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan
perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama
kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk
bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang
berlangsung di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di
luar sekolah.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang
umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala.
tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru
antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar
berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada
siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar
“naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya
Tokoh-tokoh Progresivisme
1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti
juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai
kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu
dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
2. John Dewey (1859 – 1952)
Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism”
yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya
sendiri. Maka muncullah “Child Centered Curiculum”, dan “Child Centered
School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang
belum jelas
3. Hans Vaihinger (1852 – 1933)
Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti
praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya
ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk
mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya
buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia,
bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain
kecuali kekeliruan yang berguna saja.
Pandangan
Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik
maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam
dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh
karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup
sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus
mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum
yang bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran
yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan
demikian core curriculum mengandung ciri-ciri integrated curriculum, metode
yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam
unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat
menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
F . Aliran Konstruktivisme
Jean Piaget psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif.
Menurut Piaget setiap organisme harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya
untuk dapat bertahan hidup. Analog dengan hal tersebut manusia (siswa) pada
kenyataanya berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan
yang harus ditanggapinya secara kognitif. Maka siswa harus mengembangkan skema
pemikiran yang lebih umum atau rinci atau perlu perubahan, menjawab,
menginterpretasikan pengalaman tersebut. Dengan cara ini pengetahuan seseorang
terbentuk dan selalu berkembang.
Konstruktivisme menekankan perkembangan dan konsep dan
pengertian yang lebih mandalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang
dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya
tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya.
Pengetahuan berguna jika pengetahuan tersebut mampu
memecahkan persoalan yang ada. Pengetahuan merupakan proses yang terus
berkembang. ( Great News: 2008) Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan
yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan
dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Konstruktivisme didefinisikan sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta suatu makna dari
apa yang dipelajari ( Wikipedia : 2008). Konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. (Whandi:2008).Senada dengan
pengertian sebelumnya Callahan juga mengatakan bahwa konstruktivisme
menginginkan adanya perbaikan kondisi manusia pada umumya ( Pidarta :2000).
Penerapan pendidikan dengan pola konstruktivisme
diwujudkan dengan mengajak siswa secara aktif membangun konsep-konsep kognitif.
Guru tidak sekedar memberi, namun siswa mencari secara aktif, dan
mengembangkannya. Satu contoh misalnya dalam pembelajaran sain. Siswa terlebih
dahulu diajak untuk mengamati fenomena-fenomena alam yang ada seperti pelangi,
banjir, merebaknya hama tanaman tertentu. Melalui fenomena yang ada, guru
mengarahkan siswa untuk mencari penyebabnya. Siswa menemukan sendiri penyebab
terjadinya pelangi, banjir ataukah hama.
Pengetahuan tidak berhenti sampai di sini, pengetahuan
siswa tentang penyebab terjadinya banjir, digunakan siswa untuk mencari solusi
pencegahan banjir yang banyak terjadi. Penerapan solusi pencegahan banjir,
memerlukan pengetahuan-pengetahuan yang baru, disinilah terlihat dinamikan
pengetahuan. Pengetahuan semakin berkembang pada diri siswa, dan dicari sendiri
secara aktif oleh siswa. Pengetahuan baru ini juga menciptakan perbaikan,
banjir berkurang. Dan pengetahuan baru jelas merupakan tindakan bermakna, sebab
memberikan manfaat pada perbaikan lingkungan.
ciri-ciri
konstruktivisme dalam pembelajaran
1. Siswa aktif
membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Siswa
membina sendiri pengetahuan
3. Proses
pembinaan pengetahuan pada siswa melalui proses saling mempengaruhi antara
pembelajaran yang terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru
4. Membandingkan
informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada
5. Ketidak-seimbangan
merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama
6. Bahan
pengajaran dikaitkan dengan pengalaman siswa untuk menarik minat belajarnya
Pembelajaran konstruktivisme sebaiknya melibatkan guru
yang konstruktif pula. Guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa,
tetapi guru membantu siswa membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya, dengan
memberikan kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri. Guru memberikan kepada siswa anak tangga untuk membawa siswa kepada
pemahaman yang lebih tinggi dan siswa harus memanjat sendiri anak tangga
tersebut.
Guru yang
konstruktivisme memiliki ciri- ciri:
1. Mendukung
dan menerima inisiatif dan otonomi siswa.
2. Mencari
tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang diberikan sebelum membagi
pengertian mereka akan konsep tersebut.
3. Mendukung
siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa.
4. Memberikan
pertanyaan terbuka untuk mendorong siswa bertanya.
5. Mencari
perluasan dari tanggapan siswa.
6. Mengajak
siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan dengan hipotesa awal
mereka dan kemudian mendorongnya untuk diskusi.
7. Memberi
waktu bagi siswa untuk membentuk hubungan dan menciptakan metafora atau
perumpamaan.
8. Mengembangkan
keinginan dari siswa dengan sering menggunakan model lingkaran belajar atau
siklus belajar.
Pendidikan dengan pola konstruktivisme, akan
menciptakan pengalaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam
konteks nyata yang mendorong siswa untuk berfikir dan berfikir ulang lalu
mendemonstrasikan. Siswa yang kreatif, akan mudah menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada. Tentunya ini akan berkaitan pula dengan
kemampuannya menjawab soal-soal ujian akhirnya. NEM akan meningkat, siswa putus
sekolah akan berkurang. Pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan yang
ada di lingkungan, dan selalu mengikuti perkembangan, akan memperluas pandangan
siswa, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada apa yang didapat di kelas.
Pengetahuannya berkembang sesuai tuntutan zaman, sehingga pada saatnya nanti
harus bekerja, aplikasi ilmunya sesuai dengan apa yang diperlukan saat itu. Lulusan
sekolah siap bekerja, pengangguran akan berkurang.
1. Konstruktivisme Menurut J. Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa
kecakapan kognitif atau intelektual anak dan orang dewasa mengalami kemajuan
melalui empat tahap (dalam Hudojo, 2003), yaitu sensori-motor (lahir sampai 2
tahun); pra-operasional (2 sampai 7 tahun): operasi konkret (7 sampai 11 atau
12 tahun), dan operasi formal (lebih dari 11 atau 12 tahun). Dalam
pandangan Piaget pengetahuan didapat dari pengalaman, dan perkembangan mental
siswa bergantung pada keaktifannya berinteraksi dengan lingkungan (Slavin,
2000).
Pada tahap pra-operasional karakteristiknya merupakan
gerakan- gerakan sebagai akibat langsung. Pada tahap operasi konkret siswa
didalam berpikirnya tidak didasarkan pada keputusan yang logis melainkan
didasarkan kepada keputusan yang dapat dilihat seketika. Pada tahap operasi
konkret ditandai dengan siswa mulai berpikir matematis logis berdasar pada
manipulasi fisik dari obyek-obyek. Pada tahap operasi formal siswa dapat
memberikan alasan-alasan dengan menggunakan simbol-simbol atau ide daripada
obyek-obyek yang berkaitan dengan benda-benda di dalam cara berpikirnya.
(Hudojo, 2003).
2. Konstruktivisme Menurut von Glasersfeld
Berkaitan dengan pembelajaran, von Glasersfeld (dalam
Yackel, Cobb, Wood, dan Merkel; 2002) menyatakan pandangannya sebagai berikut.
Jika mempercayai bahwa pengetahuan harus dikonstruksi oleh setiap individu yang
belajar, maka pembelajaran menjadi sangat berbeda dengan pembelajaran tradisional
yang meyakini pengetahuan ada di kepala guru dan guru harus mencari cara untuk
mentransfer pengetahuan tersebut kepada siswa. Pembelajaran menurut
konstruktivisme radikal memandang bahwa pengetahuan harus dikonstruksi oleh
individu. Jadi berdasar informasi yang masuk ke diri siswa, siswa aktif belajar
mengkonstruksi pengetahuan berdasar pengalaman sendiri. Hal ini, pada awal
penyerapan pengetahuan, dimungkinkan terjadinya perbedaan konsepsi antar siswa
terhadap hasil pengamatan.
Apa yang disampaikan guru belum tentu diterima siswa
sebagaimana apa yang diharapkan guru. Tugas guru utamanya bukan mentransfer
pengetahuan tetapi memfasilitasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa memiliki
kesempatan aktif belajar dengan cara mengkonstruksi pengetahuan berdasar
pengalaman siswa sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu mempertimbang
adanya perbedaan tingkat konsepsi siswa terhadap apa yang yang diamati. Dalam
memahami suatu konsep sering terjadi konflik kognitif disebabkan oleh adanya
problematika perbedaan tingkat konsepsi akibat beragamnya pengalaman siswa.
Dalam hal seperti ini, guru perlu membuat kesepakatan-kesepakatan konseptual
misalnya melalui diskusi kelas.
3. Konstruktivisme Menurut Vygotsky
Psikolog Rusia Lev Semionovich (meninggal tahun 1934),
berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa mengemukakan dua ide. Pertama
bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya
dan sejarah pengalaman siswa (van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000) dan
mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda (sign
sistem) yang individu berkembang dengannya (Ratner dalam Slavin, 2000: 43).
Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu
orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa,
sistem tulisan dan sistem perhitungan.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia,karena
setiap kelompok manusia selalu dihadapkandengan generasi
muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari
orangtuanya.
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran
yang sampai sekarang masih di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi,
karena merupakan aliran yang menggabungkan antara aliran nativisme dan
empirisme dan juga merupakan aliran yang sempurna.
Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi
Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi
Di dalam proses belajar pembelajaran , guru harus memilih teori
yang sesuai dengan karakter siswanya agar kesuksesan dapat tercapai dengan
baik.dengan itu antar guru dan siswa akan terbentuk suatu hubungan yang aktif
dan interaktif.






0 comments:
Post a Comment