Jenis-jenis memori pada
Long-Term Memory
Sistem memori kita tidak hanya menyimpan informasi, melainkan juga
memproses dan mengarahkan informasi. Berdasarkan jenis informasinya, Long-Term Memory (LTM) dapat dibedakan
menjadi memory eksplisit dan memori implisit.

Gambar 1. Jenis-jenis Long-Term
Memory
Memori ekspliit mengandalkan pengambilan informasi (retrieval)
pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue). Memori eksplisit
diklasifikasikan lagi menjadi dua memori yaitu, memori semantik dan memori
episodik. Memori semantik adalah memori yang menyimpan pengetahuan berupa
kata-kata, konsep, peraturan, ide abstrak, dan fakta-fakta. Sedangkan memori
episodik memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang untuk mengingat
peristiwa masa lalunya atau pengalaman-pengalaman tertentu.
Memori implisit diekspresikan untuk mempermudah kinerja dan tidak
memerlukan rekolasi sadar. Salah satu jenis memori implisit adalah memori
prosedural, yakni memori yang menyimpan tentang bagaimana kita melakukan
sesuatu seperti mengendarai mobil, mengirimkan email, ataupun menulis
menggunakan komputer.
2.
Penyandian Dalam Long-Term
Memory
Level
Pemrosesan
Pada tahun 1972, Fergues Craik dan Robert Lockhart menghasilkan
sebuah usulan yang beradsarkan penelitian tentang Memori. Mereka berpendapat
bahwa sebuah informasi yang diproses secara mendalam akan cenderung lebih
permanen disimpan dari pada informasi yang diproses dalam level dangkal.
Menurut Model Store Memory
(Atkinson dan Shiffrin, 1968), hanya infromasi yang bermakna yang akan disimpan
dalam memori. Lingkungan memberikan infromasi yang banyak kedalam otak kita,
yang kemudian akan kita peroleh berupa memori sensori (akuistik, visual dan
semantik). Memori sensori yang diberikan perhatian, akan disimpan sementara
pada Short-Term Memori (STM).
Informasi yang berasal dari STM akan dikirim pada LTM apabila dilakukan
pengulangan (rehearsal) di STM dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika
informasi tersbut dikombinasikan dengan memori-memori lain yang bermakna, maka
terjadilah peningkatan memori.

Gambar
2. Model Store Memory (Atkinson dan Shiffrin, 1968)
Penelitian Craik dan Lochart terhadap level pemrosesan (level of processing) menyertakan gagasan
umum bahwa informasi yang diterima indera harus menjalani serangkaian analisis yang
diawali dengan analisis sensorik dangkal dan dilanjutkna analisis yang semakin
dalma, semakin rumit, abstrak dan semakin bersifat semantik. Pemrosesan yang
semakin dalam diikuti oleh anlisis semantik dan kognitif yang semakin kompleks.
Penelitian diatas mendukung bahwa memori adalah suatu fungsi
mengenai cara informasi disandikan pertama kali, informasi yang disandikan
secara semantik akan diingat lebih baik dari pada informasi yang disandikan
perseptual. Faktor –faktor yang dapat
meningkatkan pengambilan informasi adalah faktor kekhasan (Distinctiveness) dan diuraikan secara panjang (Elaboration).Prinsip
pemberian kode secara spesifik menyertakan bahwa kita akan mampu mengingat
kembali dengan lebih baik di masa depan jika kejadian yang ingin diingat diberi
kode.
Konsep level pemrosesan menemukan bahwa
referensi diri juga merupakan faktor yang mempengaruhi sebuah informasi
diretensi lebih lama. Rogers dan timnya melakukan sebuah penelitian terhadap
partisipan untuk mengevaluasi sebuah daftar yang berisi 40 kata sifat.
Partisipan tersebut dibagi dalam empat kelompok tugas: tugas struktural, tugas
fonemik, tugas semantik dan referensi diri. Tugas struktural merepresentasikan
penyandian yang paling dangkal, sedangkan tugas referensi diri
merepresentasikan penyandian paling dalam.
Efek
Konteks: Penyandian Khusus
Tanpa konteks informasi yang disandikan, kita tidak dapat
meretrieve informasi yang kita butuhkan. Hal ini dikarenakan untuk mengambil
sebuah informasi dalam memori kita diperlukan adanya kesaman konteks, dikenal
dengan penyandian khusus. Sebaliknya, kita akan mengalami kelupaan jika konteks
pada saat meretrieve tidak sama dengan konteks saat penyimpanan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fausey dan Viorica
(2006) mennguji memori tentang penyandian khusus ini. Penelitian dilakukan di
Chili terhadap partisipan yang fasih berbahasa Inggris dan Spanyol. Partisipan
diminta untuk mendengarkan empat buah artikel tentang sejarah dan iptek yang
berbahasa inggris dan spanyol. Kemudian mereka diuji ingatannya terhadap
keempat cerita tersebut dengan sebagian pertanyaan menggunakan bahasa yang sama
dengan ceritanya, sebagian lainnya berbeda (Artikel berbahasa inggris
ditanyakan dalam bahasa Inggris dan bahasa Spanyol).
Hasil dari penelitian Fausey dan Viorica menunjukkan bahwa hasil
ingatan yang diujikan terhadap cerita dan pertanyaan yang diajukan dengan
bahasa yang sama lebih baik jika cerita diajukan dengan pertanyaan yang
berbahasa berbeda. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan informasi dari
memori kita memerlukan kesamaan konteks terhadap penyandian saat pemrosesan.
Emosi,
Mood, dan Ingatan
Sejak
dekade terakhir, jumlah penelitian psikology tentang emotions, mood danmemory
telah meningkat dengan cepat (Uttl, Siegenthaler & Ohta, 2006). Dalam
berbicarasehari-hari, kita sering tertukar saat menggunakan bentuk emotions dan
mood, karenabentuknya hampir sama. Ahli psikologi mengartikan emotions sebagai
suatu reaksi terhadapstimulus tertentu. Sebaliknya, moods bersifat lebih umum,
yaitu pengalaman yang melekatdalam (Bower & Fogas, 2000). Sebagai contoh,
anda akan memiliki reaksi emosi negatif saat mencium bau yang tidak enak dalam
sebuah lemari, padahal anda mungkin sedang memiliki mood yang baik.
Psikologi
kognitif mengakui bahwa emotions dan mood dapat mempengaruhi proseskognitif
kita. Ada 2 hal yang dapat menyebabkan emotions dan mood mempengaruhi
memorikita:
4.
Kita mengingat dengan jelas rangsangan bahagia dengan lebih akurat
dari padarangsangan lain.
5.
Kita mengingat materi lebih akurat jika mood kita sesuai dengan
emotional alami darimateri tersebut, suatu efek yang disebut “kesesuaian mood”.
Prinsip
Pollyanna mengatakan bahwa itemyang menyenangkan biasanya diproses lebih
efisien dan lebih akurat dari pada item yang kurang menyenangkan. Prinsip ini
sangat betul dalam variasi yang luas dari phenomena dalam persepsi,bahasa dan
membuat keputusan (Matlin, 2004). Beberapa hal yang menyebabkan
rangsanganemotional alami dapat mempengaruhi memori:
1.
Ingatan yang lebih akurat untuk item yang menyenangkan.
Dalam
studi khusus , orang belajar daftar huruf yang menyenangkan, netral atau tidak
menyenangkan. Setelah itu ingatan mereka di ujisetelah jeda beberapa menit
sampai beberapa bulan. Setelah di review kembali, kitamenemukan bahwa item yang
menyenangkan diingat lebih baik dari pada item yang negative,terutama jika
jedanya panjang (Matlin 2004, Matlin & Stang, 1978). Sebagai contoh 39dari
52 penelitian yang kita lokasikan pada memori jangka panjang, item yang
menyenangkan diingat dengan signifikan dan lebih akurat dari pada item yang
kurang menyenangkan. Dansecara kebetulan, item netral diingat paling tidak
akurat dari semuanya. jadi intensitasdari item nada emotional juga penting
(Bohanek dkk, 2005; Talariko dkk, 2004)
Selanjutnya,
orang secara umum mengingat event yang menyenangkan dari pada event yang tidak
menyenangkan (Mather, 2006; Welker dkk, 1997). Satu penjelasan yang pasti
yaitumemori orang tentang event yang menyenangkan lebih hidup dan jelas dari
event yang tidakmenyenangkan (D‟ Argembeau dkk, 2003; Levine & Bluck,
2004). Di temukan hubunganbahwa pengemudi dengan cepat lupa kecelakaan
terdekatnya, dan faktanya mereka hanya mengingat 20% dari kecelakaan tersebut
hanya 2 minggu kemudian (Chapman &Underwood, 2000).
2.
Ingatan yang lebih akurat untuk stimuli netral yang berasosiasi
dengan stimuli yangmenyenangkan.
Kekerasan
media merupakan persoalan penting dalam budaya Amerika Utara.Survey menunjukkan
bahwa 60% dari program televisi menggambarkan kekerasan.Selanjutnya, beberapa
studi menunjukkan bahwa kekerasan media berdampak pada agresi anak-anak
(Bushman 2003; Bushman & Huesmann, 2001; Kirsh, 2006).
Bushman
(1998) merekam 15 menit bagian dari 2 video. Satu video, Karate Kid
III,memperlihatkan pertarungan keras dan menghancurkan properti. Video lain,
Gorillas in the Mist, yang di nilai oleh mahasiswa tapi tidak ada adegan
kekerasan. Bushman kemudian memasukkan 30 detik iklan dengan item netral pada
masing2 kedua videotersebut.
Mahasiswa
perguruan tinggi menonton film yang ada kekerasan dan tidak ada
kekerasan,kemudian mereka diminta untuk mengingat 2 nama produk yang telah
ditampilkandalam iklan dan menulis apa pun yang bisa mereka ingat tentang iklan
tersebut. Hasilnyamenunjukkan bahwa perbedaan signikan, yaitu ingatan tentang
iklan yang diperlihatkan pada film tanpa kekerasan. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa kemarahan dan kekerasan mengurangi ketelitian memori
(Bushman, 1998, 2003, 2005; Gunter dkk,2005; Levine & Burgess, 1997).
Seseorang
yang peduli tentang kekerasan social akan tertarik pada penelitian
Bushman,karena mereka bisa menggunakan penelitian ini untuk membujuk pemasang
iklan untukmemsang iklan yang tidak mengandung kekerasan. Pemasang iklan ingin
penonton mengingat nama produk mereka, juga informasi tentang produk mereka. sorotan
daripenelitian ini, pemasang iklan mulai ragu-ragu untuk menjadi sponsor
programkekerasan.
3.
Seiring waktu, memori yang tidak
menyenangkan memudar dengan cepat.
Richard
Walker, dkk (1997) meminta mahasiswa untuk merekam kejadian personal stiap hari
selama 14minggu dan menilai kenyamanan dengan intesitas kegiatan tersebut. Tiga
bulan kemudian,partisipan tersebut kembali, pada satu waktu, dalam sesi kedua.
Seorang peneliti membaca masing-masing kejadian dari daftar sebelumnya, dan
mahasiswa tersebutdisuruh untuk menghitung jumlah kesenangan dari kegiatan
tersebut. Dalam analisa darihasil penelitian, hitungan tidak berubah dari
kejadian yang bernilai netral.
Bagaimanapun,
kejadian yang awalnya menyenangkan, sekarang berubah menjadikurang
menyenangkan. Dan sebaliknya, kejadian yang awalnya tidak menyenangkan,berubah
menjadi kejadian yang lebih menyenangkan. Sesuai dengan prinsip Polliyanna,
orang-orang cendrung menilai masa lalu lebih positif seiring dengan berjalannya
waktu, sebuah fenomena yang disebut efek positivity.
Penelitian
terkini menunjukkan bahwa orang tua lebih suka menunjukkan efek
positivity(Kennedy dkk, 2004; Mather, 2006). Selanjutnya Walker dkk (2003) mempelajari
2 grup pelajar; satu grup terdiri dari yang tidak pernah mengalami tekanan
depresi, dan grup lainpernah mengalami tekanan depresi. Kelompok yang tidak
pernah mengalami tekanan depresi menunjukkan efek positifity. Sebaliknya,
pelajar dengan tekanan depresi memperlihatkan keseimbangan antara kejadian yang
menyenangkan dengan yang tidakmenyenangkan. Dengan kata lain, ketika orang yang
mengalami depresi melihat masa lalu mereka, kejadian yang tidak menyenangkan
akan tetap tidak menyenangkan. Sepertiyang bisa anda bayangkan , penelitian ini
memiliki implikasi yang penting untukpsikologi klinik. Terapi harus sesuai
dengan interpretasi masa lalu pasien, atau situasitertentu.Sehingga dapat
disimpulkan bahwa stimuli rasa senang mempengaruhi daya ingat.
Stimuli
rasa senang jauh lebih baik dari rasa kurang senang: (1) kita
mengingatnyadengan teliti; (2) kita cendrung melupakan informasi yang
berhubungan dengankekerasan, stimuli yang tidak nyaman; dan (3) seiring waktu,
memori yangmenyenangkan akan pudar lebih lama dari pada memori yang tidak
menyenangkan.
Kesesuaian
Mood.
Kategori
kedua dari penelitian tentang mood dan memori disebutkesesuaian mood.
Kesesuaian mood artinya anda mengingat materi lebih akurat jika sesuaidengan
mood anda (Fiedler dkk, 2003; Joorman & Siemer, 2004; Schwarz, 2001).
Sebagaicontoh, seseorang dalam mood bahagia akan mengingat lebih baik kenangan
yang bahagiadari pada kenangan yang kurang bahagia, begitu juga seseorang
dengan mood kurang bahagiaakan lebih baik mengingat kenangan yang kurang
bahagia.
Dalam
penelitian tentang kesesuai mood ini, Orang yang tidak mengalami tekanandepresi
cendrung mengingat lebih banyak materi positif dari materi negative.
Sebaliknya,orang dengan tekanan depresi akan mengingat lebih banyak materi
negative (Fiedler dkk,2003; Mather, 2006; Parrot & Spackman, 2000; Schwarz,
2001). Seperti hasil dari penelitianWalker dan koleganya (2003), penemuan ini
penting untuk psikologi klinik. Jika orang depresi cendrung melupakan
pengalaman positif yang pernah mereka alami, tingkatdepresinya akan jauh
meningkat (Schacter, 1999).
Perbedaan
Individu: Tujuan Sosial dan Memori
Tujuan
sosial berarti gaya berinteraksi kita dengan orang lain, dalam
bentukpersahabatan dan hubungan antar personal lainnya. Jika anda mendapat skor
inggi dalamtujuan pendekatan sosial, anda cendrung menekankan hubungan yang
dekat dengan oranglain. Dalam pertanyaan standar dalam memperkirakan tujuan
sosial, anda akan mendapatpertanyaan tingkat tinggi seperti “saya akan mencoba
memperdalam hubungan saya denganteman saya dalam 4 bulan ini” dan “saya akan
menguatkan ikatan dan keseriusan dalam hubungan terdekat saya” (Strachman &
Gable, 2006, p. 1449. Jika anda memiliki skortertinggi dalam penghindaran
tujuan sosial, seperti namanya, anda akan cendrungmenghindari hubungan dekat
dengan orang lain. Dalam sebuah pertanyaan, anda akanmendapat pertanyaan
tingkat tinggi seperti “saya akan menghindari pertemuan memalukan,dikhianati
atau disakiti oleh teman saya” dan “saya akan mencoba memastikan bahwa tidakada
kejadian buruk yang terjadi pada hubungan dekat saya”(p. 1449).
Amy
Strachman and Shelly Gable (2006) meminta mahasiswa untuk membaca sebuahcerita
yang berfokus pada hubungan anter personal. Cerita ini melingkupi berbagai
jenispendapat dari 3 kategori emotional, positif, netral dan negatif. Setelah
selesai membaca,mahasiswa disuruh mengingat essay tersebut dengan sebaik
mungkin.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tujuan sosial tidak berhubungan denganbanyaknya
item yang bisa diingan mahasiswa dengan benar. Bagaimanapun, mahasiswa
yangpendekatan tujuan sosial yang tinggi cendrung mengingat statement netral
menjadi lebih positif dibanding dalam cerita tadi, sebaliknya, mahasiswa yang
memiliki skor tertinggidalam menhindari tujuan sosial cendrung mengingat
statemen netral dan positif menjadi lebihnegatif dibanding dari dalam cerita
tadi. Grup ini juga mengingat lebih dari statemen negatifdan sedikit statement
positif, membandingkan pada kita siapa yang tertinggi pendekatantujuan
sosialnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa perbedaan dalam mengingat tidak
bisadijelaskan oleh mood partisipan.
Kesimpulan,
karakteristik personal seseorang menolong untuk menjelaskan polapemikirannya.
Khususnya, tujuan sosialnya berpengaruh dengan item yang akan mereka
ingat.Tujuan sosial ini juga mempengaruhi apakah mereka mengingat item menjadi
lebih positifatau negatif dari pada yang sebenarnya.






0 comments:
Post a Comment