Sunday, 17 November 2013

LONG TERM-MEMORY


                 Jenis-jenis memori pada Long-Term Memory

Sistem memori kita tidak hanya menyimpan informasi, melainkan juga memproses dan mengarahkan informasi. Berdasarkan jenis informasinya, Long-Term Memory (LTM) dapat dibedakan menjadi memory eksplisit dan memori implisit.
Gambar 1. Jenis-jenis Long-Term Memory
Memori ekspliit mengandalkan pengambilan informasi (retrieval) pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue). Memori eksplisit diklasifikasikan lagi menjadi dua memori yaitu, memori semantik dan memori episodik. Memori semantik adalah memori yang menyimpan pengetahuan berupa kata-kata, konsep, peraturan, ide abstrak, dan fakta-fakta. Sedangkan memori episodik memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang untuk mengingat peristiwa masa lalunya atau pengalaman-pengalaman tertentu.
Memori implisit diekspresikan untuk mempermudah kinerja dan tidak memerlukan rekolasi sadar. Salah satu jenis memori implisit adalah memori prosedural, yakni memori yang menyimpan tentang bagaimana kita melakukan sesuatu seperti mengendarai mobil, mengirimkan email, ataupun menulis menggunakan komputer.

2.                 Penyandian Dalam Long-Term Memory

Level Pemrosesan
Pada tahun 1972, Fergues Craik dan Robert Lockhart menghasilkan sebuah usulan yang beradsarkan penelitian tentang Memori. Mereka berpendapat bahwa sebuah informasi yang diproses secara mendalam akan cenderung lebih permanen disimpan dari pada informasi yang diproses dalam level dangkal.
Menurut Model Store Memory (Atkinson dan Shiffrin, 1968), hanya infromasi yang bermakna yang akan disimpan dalam memori. Lingkungan memberikan infromasi yang banyak kedalam otak kita, yang kemudian akan kita peroleh berupa memori sensori (akuistik, visual dan semantik). Memori sensori yang diberikan perhatian, akan disimpan sementara pada Short-Term Memori (STM). Informasi yang berasal dari STM akan dikirim pada LTM apabila dilakukan pengulangan (rehearsal) di STM dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika informasi tersbut dikombinasikan dengan memori-memori lain yang bermakna, maka terjadilah peningkatan memori.
Gambar 2. Model Store Memory (Atkinson dan Shiffrin, 1968)
Penelitian Craik dan Lochart terhadap level pemrosesan (level of processing) menyertakan gagasan umum bahwa informasi yang diterima indera harus menjalani serangkaian analisis yang diawali dengan analisis sensorik dangkal dan dilanjutkna analisis yang semakin dalma, semakin rumit, abstrak dan semakin bersifat semantik. Pemrosesan yang semakin dalam diikuti oleh anlisis semantik dan kognitif yang semakin kompleks.
Penelitian diatas mendukung bahwa memori adalah suatu fungsi mengenai cara informasi disandikan pertama kali, informasi yang disandikan secara semantik akan diingat lebih baik dari pada informasi yang disandikan perseptual. Faktor –faktor yang dapat  meningkatkan pengambilan informasi adalah faktor kekhasan (Distinctiveness) dan diuraikan secara panjang (Elaboration).Prinsip pemberian kode secara spesifik menyertakan bahwa kita akan mampu mengingat kembali dengan lebih baik di masa depan jika kejadian yang ingin diingat diberi kode.
Konsep level pemrosesan menemukan bahwa referensi diri juga merupakan faktor yang mempengaruhi sebuah informasi diretensi lebih lama. Rogers dan timnya melakukan sebuah penelitian terhadap partisipan untuk mengevaluasi sebuah daftar yang berisi 40 kata sifat. Partisipan tersebut dibagi dalam empat kelompok tugas: tugas struktural, tugas fonemik, tugas semantik dan referensi diri. Tugas struktural merepresentasikan penyandian yang paling dangkal, sedangkan tugas referensi diri merepresentasikan penyandian paling dalam.
Efek Konteks: Penyandian Khusus
Tanpa konteks informasi yang disandikan, kita tidak dapat meretrieve informasi yang kita butuhkan. Hal ini dikarenakan untuk mengambil sebuah informasi dalam memori kita diperlukan adanya kesaman konteks, dikenal dengan penyandian khusus. Sebaliknya, kita akan mengalami kelupaan jika konteks pada saat meretrieve tidak sama dengan konteks saat penyimpanan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fausey dan Viorica (2006) mennguji memori tentang penyandian khusus ini. Penelitian dilakukan di Chili terhadap partisipan yang fasih berbahasa Inggris dan Spanyol. Partisipan diminta untuk mendengarkan empat buah artikel tentang sejarah dan iptek yang berbahasa inggris dan spanyol. Kemudian mereka diuji ingatannya terhadap keempat cerita tersebut dengan sebagian pertanyaan menggunakan bahasa yang sama dengan ceritanya, sebagian lainnya berbeda (Artikel berbahasa inggris ditanyakan dalam bahasa Inggris dan bahasa Spanyol).
Hasil dari penelitian Fausey dan Viorica menunjukkan bahwa hasil ingatan yang diujikan terhadap cerita dan pertanyaan yang diajukan dengan bahasa yang sama lebih baik jika cerita diajukan dengan pertanyaan yang berbahasa berbeda. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan informasi dari memori kita memerlukan kesamaan konteks terhadap penyandian saat pemrosesan.
Emosi, Mood, dan Ingatan
Sejak dekade terakhir, jumlah penelitian psikology tentang emotions, mood danmemory telah meningkat dengan cepat (Uttl, Siegenthaler & Ohta, 2006). Dalam berbicarasehari-hari, kita sering tertukar saat menggunakan bentuk emotions dan mood, karenabentuknya hampir sama. Ahli psikologi mengartikan emotions sebagai suatu reaksi terhadapstimulus tertentu. Sebaliknya, moods bersifat lebih umum, yaitu pengalaman yang melekatdalam (Bower & Fogas, 2000). Sebagai contoh, anda akan memiliki reaksi emosi negatif saat mencium bau yang tidak enak dalam sebuah lemari, padahal anda mungkin sedang memiliki mood yang baik.
Psikologi kognitif mengakui bahwa emotions dan mood dapat mempengaruhi proseskognitif kita. Ada 2 hal yang dapat menyebabkan emotions dan mood mempengaruhi memorikita:
4.      Kita mengingat dengan jelas rangsangan bahagia dengan lebih akurat dari padarangsangan lain.
5.      Kita mengingat materi lebih akurat jika mood kita sesuai dengan emotional alami darimateri tersebut, suatu efek yang disebut “kesesuaian mood”.
Prinsip Pollyanna mengatakan bahwa itemyang menyenangkan biasanya diproses lebih efisien dan lebih akurat dari pada item yang kurang menyenangkan. Prinsip ini sangat betul dalam variasi yang luas dari phenomena dalam persepsi,bahasa dan membuat keputusan (Matlin, 2004). Beberapa hal yang menyebabkan rangsanganemotional alami dapat mempengaruhi memori:
1.      Ingatan yang lebih akurat untuk item yang menyenangkan.
Dalam studi khusus , orang belajar daftar huruf yang menyenangkan, netral atau tidak menyenangkan. Setelah itu ingatan mereka di ujisetelah jeda beberapa menit sampai beberapa bulan. Setelah di review kembali, kitamenemukan bahwa item yang menyenangkan diingat lebih baik dari pada item yang negative,terutama jika jedanya panjang (Matlin 2004, Matlin & Stang, 1978). Sebagai contoh 39dari 52 penelitian yang kita lokasikan pada memori jangka panjang, item yang menyenangkan diingat dengan signifikan dan lebih akurat dari pada item yang kurang menyenangkan. Dansecara kebetulan, item netral diingat paling tidak akurat dari semuanya. jadi intensitasdari item nada emotional juga penting (Bohanek dkk, 2005; Talariko dkk, 2004)
Selanjutnya, orang secara umum mengingat event yang menyenangkan dari pada event yang tidak menyenangkan (Mather, 2006; Welker dkk, 1997). Satu penjelasan yang pasti yaitumemori orang tentang event yang menyenangkan lebih hidup dan jelas dari event yang tidakmenyenangkan (D‟ Argembeau dkk, 2003; Levine & Bluck, 2004). Di temukan hubunganbahwa pengemudi dengan cepat lupa kecelakaan terdekatnya, dan faktanya mereka hanya mengingat 20% dari kecelakaan tersebut hanya 2 minggu kemudian (Chapman &Underwood, 2000).
2.      Ingatan yang lebih akurat untuk stimuli netral yang berasosiasi dengan stimuli yangmenyenangkan.
Kekerasan media merupakan persoalan penting dalam budaya Amerika Utara.Survey menunjukkan bahwa 60% dari program televisi menggambarkan kekerasan.Selanjutnya, beberapa studi menunjukkan bahwa kekerasan media berdampak pada agresi anak-anak (Bushman 2003; Bushman & Huesmann, 2001; Kirsh, 2006).
Bushman (1998) merekam 15 menit bagian dari 2 video. Satu video, Karate Kid III,memperlihatkan pertarungan keras dan menghancurkan properti. Video lain, Gorillas in the Mist, yang di nilai oleh mahasiswa tapi tidak ada adegan kekerasan. Bushman kemudian memasukkan 30 detik iklan dengan item netral pada masing2 kedua videotersebut.
Mahasiswa perguruan tinggi menonton film yang ada kekerasan dan tidak ada kekerasan,kemudian mereka diminta untuk mengingat 2 nama produk yang telah ditampilkandalam iklan dan menulis apa pun yang bisa mereka ingat tentang iklan tersebut. Hasilnyamenunjukkan bahwa perbedaan signikan, yaitu ingatan tentang iklan yang diperlihatkan pada film tanpa kekerasan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemarahan dan kekerasan mengurangi ketelitian memori (Bushman, 1998, 2003, 2005; Gunter dkk,2005; Levine & Burgess, 1997).
Seseorang yang peduli tentang kekerasan social akan tertarik pada penelitian Bushman,karena mereka bisa menggunakan penelitian ini untuk membujuk pemasang iklan untukmemsang iklan yang tidak mengandung kekerasan. Pemasang iklan ingin penonton mengingat nama produk mereka, juga informasi tentang produk mereka. sorotan daripenelitian ini, pemasang iklan mulai ragu-ragu untuk menjadi sponsor programkekerasan.
3.      Seiring waktu, memori yang tidak menyenangkan memudar dengan cepat.
Richard Walker, dkk (1997) meminta mahasiswa untuk merekam kejadian personal stiap hari selama 14minggu dan menilai kenyamanan dengan intesitas kegiatan tersebut. Tiga bulan kemudian,partisipan tersebut kembali, pada satu waktu, dalam sesi kedua. Seorang peneliti membaca masing-masing kejadian dari daftar sebelumnya, dan mahasiswa tersebutdisuruh untuk menghitung jumlah kesenangan dari kegiatan tersebut. Dalam analisa darihasil penelitian, hitungan tidak berubah dari kejadian yang bernilai netral.
Bagaimanapun, kejadian yang awalnya menyenangkan, sekarang berubah menjadikurang menyenangkan. Dan sebaliknya, kejadian yang awalnya tidak menyenangkan,berubah menjadi kejadian yang lebih menyenangkan. Sesuai dengan prinsip Polliyanna, orang-orang cendrung menilai masa lalu lebih positif seiring dengan berjalannya waktu, sebuah fenomena yang disebut efek positivity.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa orang tua lebih suka menunjukkan efek positivity(Kennedy dkk, 2004; Mather, 2006). Selanjutnya Walker dkk (2003) mempelajari 2 grup pelajar; satu grup terdiri dari yang tidak pernah mengalami tekanan depresi, dan grup lainpernah mengalami tekanan depresi. Kelompok yang tidak pernah mengalami tekanan depresi menunjukkan efek positifity. Sebaliknya, pelajar dengan tekanan depresi memperlihatkan keseimbangan antara kejadian yang menyenangkan dengan yang tidakmenyenangkan. Dengan kata lain, ketika orang yang mengalami depresi melihat masa lalu mereka, kejadian yang tidak menyenangkan akan tetap tidak menyenangkan. Sepertiyang bisa anda bayangkan , penelitian ini memiliki implikasi yang penting untukpsikologi klinik. Terapi harus sesuai dengan interpretasi masa lalu pasien, atau situasitertentu.Sehingga dapat disimpulkan bahwa stimuli rasa senang mempengaruhi daya ingat.
Stimuli rasa senang jauh lebih baik dari rasa kurang senang: (1) kita mengingatnyadengan teliti; (2) kita cendrung melupakan informasi yang berhubungan dengankekerasan, stimuli yang tidak nyaman; dan (3) seiring waktu, memori yangmenyenangkan akan pudar lebih lama dari pada memori yang tidak menyenangkan.
Kesesuaian Mood.
Kategori kedua dari penelitian tentang mood dan memori disebutkesesuaian mood. Kesesuaian mood artinya anda mengingat materi lebih akurat jika sesuaidengan mood anda (Fiedler dkk, 2003; Joorman & Siemer, 2004; Schwarz, 2001). Sebagaicontoh, seseorang dalam mood bahagia akan mengingat lebih baik kenangan yang bahagiadari pada kenangan yang kurang bahagia, begitu juga seseorang dengan mood kurang bahagiaakan lebih baik mengingat kenangan yang kurang bahagia.
Dalam penelitian tentang kesesuai mood ini, Orang yang tidak mengalami tekanandepresi cendrung mengingat lebih banyak materi positif dari materi negative. Sebaliknya,orang dengan tekanan depresi akan mengingat lebih banyak materi negative (Fiedler dkk,2003; Mather, 2006; Parrot & Spackman, 2000; Schwarz, 2001). Seperti hasil dari penelitianWalker dan koleganya (2003), penemuan ini penting untuk psikologi klinik. Jika orang depresi cendrung melupakan pengalaman positif yang pernah mereka alami, tingkatdepresinya akan jauh meningkat (Schacter, 1999).
Perbedaan Individu: Tujuan Sosial dan Memori
Tujuan sosial berarti gaya berinteraksi kita dengan orang lain, dalam bentukpersahabatan dan hubungan antar personal lainnya. Jika anda mendapat skor inggi dalamtujuan pendekatan sosial, anda cendrung menekankan hubungan yang dekat dengan oranglain. Dalam pertanyaan standar dalam memperkirakan tujuan sosial, anda akan mendapatpertanyaan tingkat tinggi seperti “saya akan mencoba memperdalam hubungan saya denganteman saya dalam 4 bulan ini” dan “saya akan menguatkan ikatan dan keseriusan dalam hubungan terdekat saya” (Strachman & Gable, 2006, p. 1449. Jika anda memiliki skortertinggi dalam penghindaran tujuan sosial, seperti namanya, anda akan cendrungmenghindari hubungan dekat dengan orang lain. Dalam sebuah pertanyaan, anda akanmendapat pertanyaan tingkat tinggi seperti “saya akan menghindari pertemuan memalukan,dikhianati atau disakiti oleh teman saya” dan “saya akan mencoba memastikan bahwa tidakada kejadian buruk yang terjadi pada hubungan dekat saya”(p. 1449).
Amy Strachman and Shelly Gable (2006) meminta mahasiswa untuk membaca sebuahcerita yang berfokus pada hubungan anter personal. Cerita ini melingkupi berbagai jenispendapat dari 3 kategori emotional, positif, netral dan negatif. Setelah selesai membaca,mahasiswa disuruh mengingat essay tersebut dengan sebaik mungkin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan sosial tidak berhubungan denganbanyaknya item yang bisa diingan mahasiswa dengan benar. Bagaimanapun, mahasiswa yangpendekatan tujuan sosial yang tinggi cendrung mengingat statement netral menjadi lebih positif dibanding dalam cerita tadi, sebaliknya, mahasiswa yang memiliki skor tertinggidalam menhindari tujuan sosial cendrung mengingat statemen netral dan positif menjadi lebihnegatif dibanding dari dalam cerita tadi. Grup ini juga mengingat lebih dari statemen negatifdan sedikit statement positif, membandingkan pada kita siapa yang tertinggi pendekatantujuan sosialnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa perbedaan dalam mengingat tidak bisadijelaskan oleh mood partisipan.
Kesimpulan, karakteristik personal seseorang menolong untuk menjelaskan polapemikirannya. Khususnya, tujuan sosialnya berpengaruh dengan item yang akan mereka ingat.Tujuan sosial ini juga mempengaruhi apakah mereka mengingat item menjadi lebih positifatau negatif dari pada yang sebenarnya.





0 comments:

Post a Comment